Curup Berdarah Di Dahan Langit
Tokoh :
- Batin Sengayun
- Buay Sandang
- Orang Abung
- Warga Dusun Dahan Langit
Batin sengayun mempunyai firasat yang selalu mengganggu dan membuatnya resah. Ini semua menjadi beban dalam hidupnya. Dia yakin suatu saat nanti orang abung akan datang lagi mengganggu daerah mereka. Kedatangan orang abung tentunya akan menyebabkan terjadinya perperangan. Inilah yang menjadi penyebab kekhawatirannya. Batin sengayun tidak ingin terjadi nya peperangan tapi apa boleh buat jika itu harus terjadi . dia tidak ingin seluruh keluarga, keturunannya diganggu dan disakiti , dia akan rela mempertaruhkan nyawa membela dan mempertahankan martabat keluarganya.
Suara unggas malam terdengar dikeheningan rimbunnya rimba belantara, cahaya rembulan jatuh menyinari sesosok tubuh itu menyendiri. Rupanya sosok tubuh itu adalah batin sengayun yang sedang bertapa, diatas sebuah dahan pohon cukup tinggi yang ada Di Curup Mandi Hawa. Hanya orang yang mempunyai ilmu kesaktian yang cukup tinggi, yang dapat duduk bersila di atas sebuah dahan kecil. Batin sengayun melakukan tapa ini adalah untuk menambah ilmu kesaktiannya, seperti yang pernah diajarkannya oleh Tuan Permata Jagad yang telah tiada.
Ada beberapa orang dusun dahan langit yang pernah melihat Batin sengayun sedang duduk diatas dahan dari pohon cukup tinggi. Orang orang itu mengetahui bahwa Batin sengayun sedang betapa, jadi mereka tidak mau mengusik dan mengganggu Batin sengayun, selama dirinya menjalani tapa tersebut.
Tak seorang pun yang tahu sudah berapa lama Batin sengayun menjalani tapanya. Tentu sudah banyak cobaan dan godaan yang mengganggu dan menerpa dirinya. Semua itu hanyalah untuk menggagalkan tapa yang sedang dilakukannya. Namun berkat keteguhan hati dan tekadnya, semua itu musnah tiada arti.
Suatu hari Batin sengayun menyudahi tapa yang selama ini dijalaninya. Tampak dengan jelas terlihat perasaan senang dan bahagia di wajahnya. Sebab tapa yang telah dijalaninya selama diatas dahan membuat kepercayaan dirinya semakin tinggi. Batin sengayun bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas apa yang telah didapatkannya. Kini dia merasa dapat melindungi keluarga dan keturunannya.
*****
Beberapa tahun sudah berlalu, hari itu seluruh warga Dusun Dahan Langit sangat terkejut.
Salah seorang warga yang kebetulan menggarap ladangnya berada paling jauh dari Kuta Besi, membawa kabar buruk yang sempat membuat warga merasa takut dan gelisah, orang itu memberi tahu bahwa dia telah melihat dengan mata kepalanya sendiri, bahwa orang abung dengan jumlah yang sangat banyak menuju ke Dusun Dahan Langit. Berita ini pun segera disampaikan disampaikan kepada Batin sengayun dan beberapa orang kepercayaannya. Secara bijaksana dia menerima berita ini. Setelah itu dia mengumpulkan seluruh warga Dusun Dahan Langit untuk memberikan ketenangan bagi semua warganya. Di sinilah terlihat kepercayaan warga kepada dirinya, sehingga dia bertekad untuk membela dan mempertahankan martabat keluarga dan keturunanya.
“ Saudara saudara ku…..!! kita pertahankan sejengkal tanah ini dengan darah dan nyawa kita. Apakah saudara-saudaraku akan menutup mata dan membiarkannya, bila hak dan harga diri kita terinjak injak….!! ”. Suara Batin sengayun lantang dan berwibawa, membangkitkan gelora semangat seluruh warga Dusun Dahan Langit.
“ Tidakkkk….!! ”. Menggelegar suara mereka menjawab dengan semangat yang membara.
“ Saudara saudaraku….!! ” Lebih baik kita mati berkalang tanah, dari pada kita melihat mereka merampas dan menodai martabat serta harga diri kita ….!!” kembali suara Batin sengayun terdengar, membakar semangat seluruh warganya
“ Serang mereka….!!! ” teriak seluruh warga dusun dahan langit,menandakan mereka telah siap menghadapi musuh yang datang menyerang.
“ Ingat saudara saudara ku, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh….!!! mereka datang membawa bara permusuhan, kita sambut dengan api peperangan….!!! kita habisi mereka. Kita hancurkan dan bakar mereka sampai lebur menjadi abu….!!! ” gempita suara mereka bergema, sebagai tanda genderang perang mulai dibunyikan.
Perang tak dapat terelakan lagi antara Orang Abung dengan nafsu ingin merebut dan menguasai wilayah daerah itu. Seluruh anak keturunan Tuan Permata Jagad dengan gigih mempertaruhkan sejengkal tanah dengan darah dan nyawa mereka, hari itu yang ada di jiwa mereka hanya ada satu kata yaitu membunuh atau dibunuh.Pertempuran yang terjadi di curup mandi hawa didusun dahan langit sangat mengerikan dan menakutkan, darah berhamburan dan jerit kesakitan seirama pekik mereka yang meregang nyawa.
Sewaktu pertempuran itu terjadi datanglah bantuan dari Buay Sandang yang dipimpin oleh seorang bernama Hubung Belang. Tujuannya memberikan pertolongan buat mengamankan batin sengayun di lengkayap, disaat bertempur melawan orang abung. maka sampai sekarang ada daerah yang bernama Tulung Ngaman.
Entah berapa lama pertempuran itu berlangsung, di kedua belah pihak sudah banyak korban berjatuhan. Tanda tanda pertempuran itu akan berakhir belum terlihat sama sekali. Adu strategi dan taktik perang dijalankan oleh kedua belah pihak dengan sempurna. Selama berhari hari Batin sengayun memimpin sendiri pertempuran itu, sehingga seluruh warga Dusun Dahan Langit berjuang mati-matian penuh semangat yang membara.
Suatu hari dikancah pertempuran, tak sengaja Batin Sengayun melihat pemimpin dari Orang Abung tersebut, bergerak dengan gesit dan penuh nafsu membunuh bergerak kian kemari. Tanpa disengaja pemimpin orang abung itu melihat Batin Sengayun. Bagaikan banteng kedaton menerjang Orang Abung dengan beringas. Dalam sekejap mereka yang coba membantainya tewas bergelimpangan, senjata dan baju Batin Sengayun sudah basah oleh percikan darah musuh musuhnya.
“Hoiiii, Batin Sengayun kalau kau jantan hadapi aku…!!! ” teriaknya sambil melompat bagaikan terbang, menghamipiri batin sengayun yang sudah waspada.
Tanpa menghiraukan keadaan disekelilingnya, terjadilah perang tanding antara kedua pemimpin itu. Tak ada seorang pun berani mendekat untuk membantu salah seorang diantara mereka, sehingga arena perang tanding mereka terbuka lebar. Mereka berdua sama sama sakti, kalau dilihat sepintas tidak akan ada kyang akan keluar sebagai pemenang.
Dalam sekejap tiba-tiba pemimpin Orang Abung itu melompat tinggi keatas, laksana terbang menuju sebatang pohon dan hingga disebuah dahan. Secepat kilat itu juga Batin Sengayun segera melompat bagaikan terbang dan hinggap diatas sebuah dahan, sambil memperhatikan gerak gerik musuhnya. Lama mereka berdua saling bertatapan dengan penuh ketegangan. Akhirnya mereka berdua sama-sama mempersiapkan busur dan anak panah. Rupanya mereka akan melakukan perang tanding, menguji dan mencoba kesaktiannya masing-masing dengan cara nyepuk (Memanah).
Angin bertiup menyentuh dedaunan mengalunkan irama yang menyayat hati. Mereka berdua telah sama sama berdiri tegak diatas sebuah dahan yang jaraknya cukup berjauhan. Terpaan angin tidak sedikit pun membuat tubuh mereka bergoyang. Sorot mata mereka begitu tajam menatap satu sama lain Perlahan lahan busur panah mereka angkat mengarah kesasaran. Semua hening dan sunyi hanya detak jantung dan desah nafas yang menanti hidup atau mati.
Semua menunggu dan menanti akhir dari perang tanding ini. Dengan diliputi perasaan tak menentu, “ siapakah yang akan berhak untuk melanjutkan kehidupan”. Secara perlahan tubuh pemimpin Orang Abung itu goyah dan jatuh dari atas dahan ke tanah, tubuhnya tertembus anak panah Batin Sengayun dengan meninggalkan bekas luka yang menganga.
Tewasnya pemimpin Orang Abung itu memberikan pukulan yang sangat berat. Tanpa diminta dan dipaksa, orang abung itu melepaskan senjata mengaku kalah. Mereka memohon kemurahan Batin Sengayun dan warga Dusun Dahan Langit untuk melepaskan mereka dan pergi dari tempat itu. Mereka berjanji tidak akan datang lagi untuk mengganggu kalaupun mereka suatu saat nanti datang lagi, bukan sebagai musuh melainkan sebagai saudara.
Kebijakan dan kemurahan hati seluruh warga Dusun Dahan Langit, terlihat disini. Mereka akhirnya mengabulkan dan memenuhi permintaan Orang Abung.Sebelum Orang Abung itu pergi meninggalkan wilayah daerah Dusun Dahan Langit, secara bersama sama mereka menguburkan jenazah yang telah gugur dalam petempuran itu. Semua jenazah dari kedua belah pihak dikubur dalam satu sumur (Lobang) yang ada tidak jauh disekitar Curup Mandi Hawa.
Air mata batin sengayun mambasahi nuraninya, dalam satu pertempuran tidak ada yang kalah ataupun menang. Bekas yang ditinggalkan tentulah kehancuran dan duka yang mendalam. Mereka telah sama-sama kehilangan orang yang disayangi, bahkan yang sangat dicintai dalam hidupnya.
Batin sengayun terpaku dan terdiam diri merenungi semua yang telah terjadi.
Tidak ada rasa bangga dan puas dengan kemenangan yang telah mereka dapatkan. Dia menangis dalam kesendirian meresapi arti kehidupan ini, semoga tidak akan terulang lagi keluarga keturunanya. Air Curup Mandi Hawa yang dulu bening dan jernih mengalir di Dusun Dahan Langit, kini berubah warna menjadi Curup Berdarah Didahan Langit. Tempat itu menjadi saksi bisu dari ambisi manusia, didalam meniti jalan kehidupan yang telah digariskan Yang Maha Esa.
Perjalanan waktu terus berjalan tanpa terasa, keadaan sudah kondusif dan tidak ada lagi muncul gangguan dalam bentuk apapun juga. Batin sengayun untuk kedua kalinya pindah lagi kedusun lain. Batin sengayun tempat yang dianggapnya cukup tenang dan damai, yaitu di Muara Air Lam dan tinggal di Dusun Tiuh Nyapoh. Disini Batin sengayun dikarunia seorang anak laki-laki yang gagah bernama Kemala Sangum. Tak lama berselang, kebahagiaan Batin sengayun bertambah dengan lahirnya seorang cucu.
Tahun demi tahun telah terlewatkan. Kini dua orang buyutnya telah terlahir yang diberi nama Ratu Awang Awang dan Puyang Serampu. Dan masa tua Batin sengayun sangat bahagia di dusun Tioh Nyapoh Batin sengayun tidak menetap terlalu lama. Ia pindah lagi untuk yang ketiga kalinya. Pada hari tuanya Batin sengayun menetap dan tinggal di Muara Air Hilian Tualang yaitu Dusun Gedung Pekuon
Demikian lah cerita singkat dari Tuan Permata Jagad dan Batin Sengayun.
Pesan yang disampaikan : Sebuah cerita yang sarat dengan nilai di daktis agar manusia berlatih sabar dalam menghadapi ujian dan menyelesaikan masalah secara damai. Bukan emosional dan peperangan yang dapat menyebabkan korban.
Sekian.