Cerita rakyat Peluh Jege Pering

Cerita rakyat Peluh Jege Pering

Peluh Jege Pering

Tokoh :

  1. Puyang Peluh Jege Pering
  2. Puyang Tuan
  3. Puyang Patih Jurung
  4. Puyang Patih Dayun

Alkisah, ada beberapa orang pengembara yang berkelana mencari lokasi untuk di jadikan sebagai tempat tinggal. Sudah banyak hutan dan rimba yang belum terjamah manusia. Mereka mendaki bukit, lembah dan ngarai. Suka duka dalam pengembaraan mereka rasakan bersama. Tanpa mengenal rasa putus asa, mereka terus berjalan menurut kan apa kata hati. Entah berapa kali purnama telah berlalu tidak membuat mereka patah semangat.

Selama dalam perjalanan, mereka selaulu berdoa dan memohon kepada tuhan yan maha esa, agar menunjukkan jalan bagi mereka untuk menemukan suatu tempat yang baik. Doa dan permohonan mereka mendapat jawaban sang pencipta. Suatu hari, mereka sampai disuatu daerah di Sumatera Selatan. Daerah nya subur dan damai. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk menetap didaerah itu. Sebuah daerah yang terletak di sekitar desa ujan mas.

Pengembara itu bernama Puyang Tuan, konan ia berasal dari suku jawa. Ia juga Di juluki Jege Lenggang. Temen seperjalannnya bernama Puyang Patih Jurung dan Puyang Patih Dayun. Ketiga puyang ini mempunyai anak cucu, keturunan mereka disebut Jungku.

Puyang Patin Jurung dengan keturunannya yang disebut jungku patin jurung, memilih tempat untuk menetap di daerah Ulak Bengkung. Sedangkan Puyang Tuan dengan keturunannya yang disebut Jungku Lang Pinang, memilih menetap didaerah seberang dusun dari daerah Sendawakh (Sendawar)Begitu juga dengan Puyang Patih Dayun keturunannya yang disebut Jungku Puyang Patih Dayun, memilih menetap didaerah Setul.

Ketiga puyang ini setelah memutuskan untuk menetap disekitar daerah Ujan Mas, mereka pun memilih daerah masing-masing yang diinginkan. Mereka saling tukar pikiran sebagai tanda kebersamaan untuk menentukan pilihan. Hal ini mereka lakukan demi untuk kebaikan dan kelangsungan hidup yang baik bagi anak cucu dan keturunannya.

Walaupun terasa berat bagi mereka untuk berpisah , namun semua ini harus terjadi demi kebaikan mereka bersama. Mereka tidak mau terjadi perselisihan atau kesalahpahaman diantara anak cucu dan keturunanya. Ini bisa saja terjadi karna kodratnya seorang manusia tidak akan lepas dari kekhilafan.

Mereka berprinsip “biarlah jauh tapi harum bagai kan wangi bunga, dari pada dekat tapi bagaikan bau bangkai”.

Begitu keputusan telah diambil oleh ketiga puyang tersebut. Maka Puyang Patin Dayun dan keluarganya berangkat terlebih dahulu dari daerah sendawakh menuju bukit salingan tinggi (Daerah Maqom Puyang Tuan), akan tetapi Puyang Patin Dayun salah arah tujuan. Mereka berjalan sampai daerah setul, hingga akhirnya menetap dan tinggal disana.

Setelah kepergian Puyang Patin Dayun dan keluarganya, Puyang Tuan juga berkeinginan meninggalkan daerah Sendawakh. Niatnya ini mendapat dukungan dan persetujuan dari keluarganya. Tidak berselang begitu lama, bersama seluruh keluarganya Puyang Tuan menyusul ketempat yang dituju oleh Puyang Patin Dayun dan keluarganya.

Keindahan dan panorama alam selama dalam perjalanan mereka menikmati, rasa lelah tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk mencapai tempat di tuju.

*****

Rumput dan ilalang menari nari tertiup angin yang semilir berhembus. Kicau burung kadangkala terdengar berkumandang merdu di telinga. Jalan terjal dan berliku mereka tempuh tanpa sedikitpun mengeluh. Hal ini membuat Puyang Tuan merasa bahagia dengan ketabahan keluarganya baik suka maupun duka.

Mereka tidak lama lagi akan sampai di Bukit Salingan Tinggi, tentu saja Puyang Patin Dayun akan merasa sangat terkejut dengan kehadiran mereka. Kedatangan Puyang Tuan yang menyusul Puyang Patin Dayun pasti tidak disangka sama sekali. Inilah kejutan yang sempat melintas dibenak Puyang Tuan ketika itu.

Kaki mereka telah sampai menginjak tanah di bukit salingan tinggi. Hati keluarga puyang tuan dan keluarganya sangat senang sekali. Karna sebentar lagi mereka berjumpa dengan Puyang Patin Dayun dan keluarganya.

Kegembiraan hati Puyang Tuan dan keturunanya sedikti terusik , sebab begitu sampai di Bukit Salingan Tinggi tidak menemukan Puyang Patin Dayun rasa kecewa sempat singgah dihati mereka. Apa yang mereka cari ditempat ini tidak ditemukan.

Mereka mencari Puyang Patin Dayun dan keluarganya kesana kemari tapi mereka lakukan tidak membawakan hasil. Jejak keberadaan orang yang mereka cari tidak sedikit pun meninggalkan bekas. Dalam hati mereka tersimpan tanya

“kemanakah perginya puyang patin dayun dan keluarganya”

Sekian lama Puyang Tuan dan keluarganya mencari jejak keberadaan Puyang Patin Dayun ditempat ini, akan tetapi tidak membawa hasil yang diharapkan. Puyang Tuan tetap mempunyai keyakinan, bahwa dia akan dapat bertemu dengan apa yang dicarinya. Semua yang diyakinnya dalam hati, mudah-mudahan tidak membuahkan kekecewaan bagi dia dan juga keluarganya.

Cukup sudah pencarian mereka terhadap keberadaan Puyang Patin Dayun dan keluarganya saat ini. Kemudian mereka berisirahat melepaskan rasa lelah sambil memikirkan langkah selanjutnya. Saat beristirahat, Puyang Tuan menerka kemana arah perginya orang yang mereka cari, dia memohon dalam doanya agar sang pencipta menunjukkan jalan baginya.

Rasa gerah yang di rasakan membuat puyang tuan bangkit dari istirahatnya. Perlahan lahan dia melangkahkan kaki menuju Sungai Ogan.

Puyang Tuan membayangkan betapa segar tubuhnya nanti, apabila dia mandi dan berenang untuk melemaskan otot-otot yang terasa kaku. Puyang Tuan mengambil dan membawakan air secukupnya sebagai pelepas dahaga buat keluarganya.

Sesampainya Puyang Tuan disungai, sejenak dia tertuju pada suatu benda yang tersangkut di celah bebatuan. Benda itu sangat menarik perhatiannya, sehingga dia memutuskan untuk mengambil dan melihat benda tersebut.

Ternyata benda itu adalah Buluh Bekas Khuasan. Bambu yang sudah terbelah itu dipegangnya dengan baik. Sejenak puyang tuan berpikir dan akhirnya berkesimpulan, bahwa dihulu sungai tentu sudah ada manusia yang tinggal disana.

Sebuah harapan kembali tercipta pada diri Puyang Tuan. Mungkin Puyang Patin Dayunada di hulu sungai ini. Dia segera bergegas menemui keluarganya untuk memberi tahu temuan yang diperolehnya. Mendengar penjelasan dari Puyang Tuan saja keluarganya merasa senang dan gembira.

Niat mereka untuk menyusul Puyang Patin Dayun dan keluarganya tumbuh kembali. Kemudian mereka bersiap untuk melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Teriknya matahari mengiringi Puyang Tuan dan keluarganya berjalan menyusuri tepian sungai, harapan mereka begitu besar untuk dapat bertemu lagi dengan Puyang Patin Dayun dan keluarganya.

Selama dalam perjalanan menyusuri tepian sungai, tidak telihat rasa letih sedikit pun diwajah mereka. Walupun jarak yang mereka tempuh sudah cukup jauh. Akan tetapi belum juga mereka menemukan apa yang mereka cari. Pantang beputus asa mungkin lelah tertanam dijiwa mereka, sehingga sedikitpun mereka tidak mengeluh atas apa yang mereka jalani.

Setelah melewati perjalanan yang cukup jauh, mereka menghentikan langkah kaki, karena dari kejauhan mereka melihat bayang bayang sekelompok orang dengan aktifitas masing masing. Puyang Tuan tidak tidak lepas memperhatikan gerak gerik apa yang dilihatnya. Dia berharap ini bukan lah sebuah halusinasi belaka.

Puyang Tuan mengajak keluarganya untuk bergerak melanjutkan perjalanan menuju tempat itu, keyakinan dan naluri puyang tuan tidak meleset. Ternyata itu memang Puyang Patin Dayun dan keluarganya.

Berkat restu yang Maha Kuasa mereka dapat bertemu kembali, walaupun sempat terpisah beberapa waktu lamanya. Rasa suka cita terlihat jelas pada saat mereka berkumpul kembali, senyum dan tawa selalu menghiasi mereka saat bercerita pengalamannya masing-masing.

Rupanya sekarang Puyang Patin Dayun dan keluarganya berada di daerah Setul. Ditempat ini Puyang Tuan dan keluarganya tinggal beberapa hari lamanya, membantu rancana Puyang Patin Dayun dan keluarganya membangun tempat tinggal.

Tanpa disangka dan diduga sama sekali, Puyang Patin Jurung bersama beberapa orang keluarganya datang ketempat itu, kedatangan mereka disambut kegembiraan mereka dapat berkumpul kembali, walaupun itu hanya sementara.

Puyang Patin Jurung setuju dengan rencana puyang patin dayun untuk menetap dan membuat tempat tinggal di tempat ini. Tanpa mengulur ulur waktu rencana itu mereka jalankan secara gotong royong dan bahu membahu, mereka bersama mendirikan tempat berteduh bagi Puyang Patin Dayun dan keluarganya.

“ Ringan Sama Dijinjing Dan Berat Sama Dipikul”

ini terlihat dari kebersamaan mereka menolong sesama tanpa pamrih. Bangunan yang mereka buat sudah layak untuk dijadikan sebagai tempat bernaung. Alangkah indah dan bahagianya hidup ini merek rasakan, apalagi seluruh keluarga merek begitu rukun dan harmonis.

Keinginan mereka untuk membantu puyang patin dayun telah selesai. Kini mereka dapat berisitirahat dengan perasaan lega. Ketiga puyang ini harus berpisah kembali. Walaupun mereka merasa berat menjalani. mereka punya keluarga yang menjadi tanggung jawab masing masing, tak mungkin rasanya bagi mereka untuk berkumpul selalu bersama.

Ketiga puyang ini harus menentukan jalan kehidupannya sendiri, juga daerah tempat tinggal yang telah mereka pilih menurut kehendaknya. Semua ini harus dilakukan demi untuk kelangsungan hidup keturunannya, karena kehidupan bagi mereka telah digariskan oleh sang pencipta.

Sebelum berpisah, ketiga puyang ini bermusyawarah dan bermufakat untuk membagi wilayah. Dihadapan seluruh keluarga dan anggota yang ada. Ketiga puyang ini menjelaskan dan memberikan pengertian akan dampak baik maupun buruk kepada keluarganya.agar kelak dikemudian hari tidak terjadi silang sengketa diantara semua keturunan mereka ini dapat diterima dan dimengerti oleh keluarga mereka. Ketiga puyang tersebut telah membagi Kampuh mereka masing masing, untuk mendiami wilayah daerah yang disepakati dan disetujui bersama.

Adapun 3 kampuh tersebut mendiami daerah wilayah kampuh puyang pati jurung yang wilayah daerahnya adalah kulak dusun ujan mas dan kampuh puyang pati dayunn yang wilayah daerah nya adalah setul. Sedangkan kampuh puyang tuan wilayah daeranya adalah kulak setul (mekhawai) sampai ke bukit salingan tinggi.

Tiba saat nya bagi ketiga puyang ini berpisah dan kembali ketempatnya. Mereka menetap dengan perasaan tanang dan bahagia serta lapang dada

Hari hari telah berlalu mengikuti perjalanan waktu. Terlihat kesibukan didaerah puyang tuan rupanya mereka sibuk membangun tempat tinggal. Kebersamaan yang harmonis diantara keluarga keturunan Puyang Tuan telihat begitu indah, sehingga disini tidak terlihat ada yang berpangku tangan disaat mereka membangun tempat tinggal mereka.

Sebagai bahan untuk membangun tempat tinggal mereka menggunakan kayu dan bambu yang telah di kumpulkan. Panas terik matahari tidak melelahkan semangat dalam pekerjaannya. Membuat Payang Tuan merasa sangat bersyukur atas semua karunia dan kenikmatan yang didapat.

*****

Suatu keajaiban terjadi dihari itu. Ketika puyang tuan sedang memotong sebatang bambu membuat dia terkejut luar biasa, karena didalam bambu yang dipotongnya ada seorang bayi.

Puyang tuan membersihkan bayi laki laki itu kemudian dibawa keanak cucu keturunannya yang sangat terkejut dengan kehadiran bayi tersebut. Semua anak cucu keturunanya Puyang Tuan sangat senang dan gembira saat itu, Sang bayi dengan suka cita disambut dan diterima dalam kehidupan keluarga mereka.

Sang bayi dirawat dan diasuh oleh Puyang Tuan dan keluarganya. Kasih sayang itu dicurahkan sepenuhnya pada sang bayi. Pertumbuhan sang bayi sangat cepat tidak seperti bayi bayi lainnya. Hal ini membuat hati puyang tuan merasa heran dan tidak mengerti atas kelebihan yang dimiliki sang bayi.

Cinta dan kasih sayang yang diberikan dalam merawat serta membesarkan sang bayi, sehingga pertumbuhan dan perkembangan sang bayi begitu sehat. Puyang Tuan memberikan nama Jege Pering  atau Jege Buluh. nama itu diberikan untuk bayi laki-laki yang didapatkannya dari dalam sebatang bambu.

Jege Pering telah menunjukkan kelebihan yang merupakan bawaan dari lahir, tubuh dan tanaganya melebihi anak anak seusianya. Dia begitu cepat besar dan kepandainya dapat diandalkan. Ini semua dia dapatkan dari orang orang yang menyayanginya. Sering kali dia pergi menyendiri dihutan rimba, untuk mendalami ilmu dan pengetahuan yang dia dapatkan.

Kepandaian yang dia miliki tidak lah membuat perasan tinggi hati terhadap orang lain. Tutur sapanya begitu lembut dan sopan. Membuat jege pering dikenal seluruh keturunan puyang tuan, sampai keturunan puyang patin jurung dan puyang patin dayun.

Walaupun jarak tempuh yang cukup jauh, namun tidak membuat Jege Pering berat melangkah ketempat Puayng Pati Jurung dan Puyang Patin Dayun. Hanya datang sekedar bermain ataupun untuk keperluan lainnya, semua ini sangatlah menyenangkan hati Puyang tuan da keturunannya.

Jege Pering tidak berat tangan ataupun enggan didalam membantu dan menolong orang yang memerlukannya, sehingga dirinya yang dalam masa pertumbuhan telah banyak mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman untuk kehidupan ini.

*****

Tahun demi tahun perjalanan waktu tanpa terasa. Pertumbuhan jege pering yang sangat pesat dan kini telah menginjak dewasa. Sifat dan perilakunya tetap tidak berubah sama sekali. Meskipun dia memiliki kesaktian yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Jege pering seperti bercermin pada ilmu padi, yang semakin berisi semakin menunduk. Inilah yang sangat disukai oleh semua orang yang mengenalnya. Tingggi hati dan kesombongan tak pernah tergambar dalam kehidupannya.

Malam ini, bulan seiris sembunyi dibalik awan, waktu itu Puyang Tuan sedang duduk berhadapan dengan Jege Pering. Mereka berbicara sambil menikmati ubi rebus yang terhidang. Puyang Tuan mengungkapkan semua maksud dan keinginanya terhadap jege pering. Mendengar apa yang di ungkapkan Puyang Tuan, jege pering sangat terkejut dan tidak menyangka sama sekali. Mana mungkin rasanya dia dapat memenuhi kehendak Puyang Tuan, yang selama ini sudah dianggapnya sebagai orang tua nya sendiri. Jege pering tidak mau dianggap sebagai orang yang tidak dapat berbakti dan membalas budi, terlebih terhadap orang yang selama ini telah merawat dan membesarkannya dengan cinta dan kasih sayang. Maksud dan kehendak yang telah diisampaikan Puyang Tuan terhadap dirinya, memebuat gundah hati dan pikirannya bahkan sampai dia menitikkan air mata.

“Jege Pering…!!! kuharap engkau tidak keberatan dan menolak maksud saya yang mengajakmu menguji kesaktian yang kau miliki”, kata Puyang Tuan dengan nada suara menantang.

“mohon ampun dan beribu maaf! Mana mungkin saya sanggup menandingi kesaktian kamu”, ucapnya sambil menunduk. Jege pering menjawab apa yang dikatakan Puyang Tuan dengan nada suara menantang.

“Jege Pering …!!! jangan memandang sebelah mata pada diriku. Kesaktian yang kau miliki belum seberapa”, Puyang Tuan sengaja memancing emosi diri jege pering, mungkin ini akan membuat jege pering mau menuruti kehendaknya.

Jege pering terdiam seribu bahasa. Hatinya berperang antara harga diri dan perasaan sebagai manusia biasa. Bagaimana dirinya dapat bertanding melawan Puyang Tuan, karena dia sudah dapat mengetahui kemampuan dan kesaktian yang dimiliki Puyang Tuan.

Seandainya tanding kesaktian itu dengan cara adu kekuatan, mana mungkin Puyang Tuan dapat mengalahkan dirinya. Jege Pering menyadari kesaktian yang dia miliki lebih baik dari puyang tuan ini bukan berarti dia mengganggap enteng akan kesaktian puyang tuan.

Jika tanding kesaktian tidak dapat terelakkan, dia tidak mau menjatuhkan nama baik orang yang sangat di hormatinya di mata orang banyak. Jege pering berpikir dengan keras saat itu, untuk mencari jalan keluar atas persoalan yang sedang dihadapinya.

“Jege Pering …. apakah engaku takut…. ? tak kusangka dalam jiwamu tertanam sifat pengecut!!”. Sengaja Puyang Tuan berkata begitu untuk menyulut api kemarahan jege pering, yang masih saja menunduk dengan diam.

Melihat keadaan jege pering tetap saja dalam diam, malahan membuat diri Puyang Tuan merasa kesal. Segala cara melalui kata kata telah dilakukan olehnya, agar jege pering dapat terpancing dan menerima keinginanya. Perkataan yang merendahkan, bahkan dapat menyakitkan hati bagi orang yang mendengarnya terlontar dari mulut Puyang Tuan. Lambat laun terlihat bibir jege pering begetar.

“ Baiklah jika itu yang kamu inginkan ” kata jege pering sambil menatap Puyang Tuan.

“ Bagus …!! bagus Jege Pering …!!! ternyata memang kamu jantan …!!! Puyang Tuan tersenyum puas, karna dia dapat memamcing emosi Jege Pering yang disayanginya.

“ Tapi mohon ampun tuan, saya berharap tanding ini bukan adu kekuatan. Apakah kamu sanggup…??? ” berbalik Jege Pering menantang Puyang Tuan.

Puyang Tuan segera bangkit dari duduknya dan berdiri disamping jege pering.

“ Jege Pering … apapun yang kau inginkan akan ku penuhi ” kata Puyang Tuan dengan tegas.

“ Tanding kesaktian itu kita laksanakan dengan cara Mekhakhi (berjemur dibawah terik matahari) Apakah kamu setuju…?” kata Jege Pering.

Kesepakatan mereka setujui berdua. Kemudian mereka berpelukan dengan rasa haru. Besok pagi mereka akan menjalani adu kesaktian. Puayang tuan dan jege pering pun beranjak pergi untuk beristirahat. Sejuta perasaan yang sulit diungkapkan memenuhi dada mereka berdua.

*****

Kokok ayam dan kicau burung bersahutan. Menyambut datangnya pagi yang cerah. Pagi itu, Cahaya matahari menerangi bumi. Pagi itu,  seluruh anak cucu dan keturunan Puyang Tuan berkumpul. Suasana bertambah ramai dengan datangnya Puyang Pati Jurung dan Puyang Patih Dayun. Kehadiran mereka ini sama sekali tak pernah diduga oleh Puyang Tuan dan keturunannya.

Kemunculan Puyang Patih Jurung dan Puyang Pati Dayun ditempat ini, tidak terlepas dari kesaktian yang mereka miliki. Mereka sudah dapat membaca bahwa suatu hari nanti sebuah adu kesaktian antara Puyang Tuan dengan Jege Pering, akan terjadi.

Semua yang diperlukan untuk melaksanakan adu kesaktian ini telah di persiapkan sebelumnya. Orang-orang yang ada sudah tak sabar menunggu. Pagi itu kelihatannya matahari kurang bersahabat, karena terik cahayanya sudah sangat dirasakan menyengat tubuh. Adu kesaktian dengan cara Mekhakhi segera dimulai. Puyang Tuan dan Jege Pering duduk diatas Capah (Talam) yang terbuat dari kuningan. Ini akan mereka lakukan dari pagi sampai menjelang siang. Barang siapa yang bisa bertahan sampai batas waktu yang ditentukan, dialah sebagai pemenang.

Mekhakhi sudah  berjalan cukup lama. Semua yang menyaksikan mencari tempat untuk berteduh. Terik matahari sungguh luar biasa hari itu menyengat tubuh. Namun demikian, tidak menyurutkan keinginan orang-orang menyaksikannya sampai selesai.

Puyang Tuan dan Jege Pering yang duduk di atas Capah kuningan tidak bergerak sama sekali, walaupun peluh (Keringat) mulai membasahi tubuh mereka. mata kedua orang itu terpejam supaya konsentrasinya tidak terpecah dengan suara-suara yang terdengar di sekitarnya mereka sudah mengeluarkan kesaktiannya ini terlihat dengan adanya asap yang keluar melalui Kepala mereka berdua.

peluh yang mengalir deras seperti air hujan membasahi tubuh puyang tuan dan jege pering. semua yang melihat semakin penasaran ingin tahu akhir dari semua ini. suara mereka semakin riuh terdengar menjelang batas waktu yang telah ditentukan Keringat yang mengucur seperti air ujan semakin deras membasahi tubuh Puyang Tuan dan Jege Pering. hal ini membuat semua yang menyaksikan menjadi heran dan tidak mengerti apa yang telah terjadi. mereka semua terdiam tanpa bersuara sedikit pun, begitu juga dengan Puyang Patih Jurung dan Puyang Patih Dayun yang tak berkedip lihat keajaiban yang terjadi

Puyang Tuan yang tubuhnya sudah basah kuyup oleh keringat, terbalut cahaya berwarna putih Luk Selake (bagaikan perak). Sedangkan tubuh Jege Pering juga sudah basah kuyup oleh keringat terbalut cahaya berwarna kuning keemasan.

Puyang Patih Jurung dan Puyang Pati Dayun yang menyaksikan kejadian itu, hanya dapat menggeleng gelengkan kepala dan berdecak kagum atas kesaktian para sahabatnya itu. Kesaktian kedua sahabatnya merrka ini sungguh luar biasa.

Tepat sampai pada batas waktu yang ditentukan, tanding kesaktian antara Puyang Tuan dan Jege Pering pun dihentikan. Mereka semua dapat tersenyum dan benafas lega, karena diantara meereka tidak ada yang terluka ataupun cidera.  Puyang Patih Jurung dan Puyang Pati Dayun merangkul Puyang Tuan dan Jege Pering. Persaudaraan dan persahabatan diantara mereka tidak ternoda sedikitpun. Itulah yang membuat mereka sanang dan bahagia.

Disaksikan Puyang Patih Jurung dan Puyang Pati Dayun, secara jantan Puyang Tuan mengakui kesaktian Jege Pering. Pengakuan yang diberikan ini tidak membuat Jege Pering menjadi sombong dan tinggi hati. Sebagai penghormatan kepada Puyang Jege Pering, maka daerah wilayah mereka dinamakan “ Ujan Mas ”. para puyang sepakat dan setuju atas pemberian nama Ujan Mas untuk daerah mereka dan semua anak cucu dan keturunan mereka juga menerima keputusan ini.

Kelebihan dan kesaktian yang dimiliki Jege Pering, membuat kegita puyang ini memnaggil dirinya dengan sebutan Puyang Jege Pering. Panggilan puyang terhadap dirinya dirinya dirasakan sangat berlebihan, karena dia merasa belum seberapa dibandingkan dengan mereka bertiga. Apalagi kesaktian yang mereka miliki tidak lah uah dibawah kesaktiannya, hanya saja diantara mereka itu ada kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Dihadapan Puyang Patih Jurung dan Puyang Patin Dayun, Puyang Tuan mengucapkan sesuatu yang sangat mengejutkan hati Puyang Jege Pering. Secara tiba tiba Puyang Tuan mengaku bahwa puyang jege pering adalah orang tuanya.

Pengakuan ini tentu saja membuat Puyang Jege pering terkejut, karena selama ini dia telah menganggap Puyang Tuan sebagai orang tuanya. Puyang Jege Pering akhirnya tidak dapat menolak pengakuan dari Puyang Tuan, karena dia tidak sanggup mengecewakan orang orang yang sangat dicintainya. Menyaksikan peristiwa itu, Puyang Patih Jurung dan Puyang Patin Dayun tersenyum dan merasa terharu. Terlebih ketika Puyang Tuan memanggil Bapak kepada Puyang Jege Pering. Mendengar sebutan Bapak dari mulut Puyang Tuan . spontan Puyang Jege Pering memeluk Puyang Tuan. Air mata pun mengalir disudut mata keduanya.

kini saatnya keempat puyang itu beristirahat. mereka saling tukar pengalaman dan bercerita tentang kehidupan ini semua yang terjadi di dunia ini sudah ada yang mengaturnya. jadi sebagai manusia jangan sekali-kali kita bersikap sewenang-wenang nya dan sekehendak hati tanamkan kejujuran di hati dan hiduplah dengan sederhana Niscaya akan selamat di dunia dan akhirat.

Ada satu keinginan yang terpendam di hati Puyang Patih Jurung dan Puyang Patin Dayun. Dan akan menjadi ganjalan jika itu tak terungkap. Ternyata Puyang Patih Jurung dan Puyang Patin Dayun. Dan akan menjadi ganjalan jika itu tak terungkapkan. Apa yang terpendam dihati mereka diungkapkan sebelum mereka meninggalkan kediaman puyang tuan. Kedua puyang tersebut memohon agar mereka berdua pun diangkat sebagai anak Dari Puyang Jege Pering.

Tanpa berpikir panjang, akhirnya Puyang Tuan hari itu juga menjadikan Puyang Patih Jurung dan Puyang Patin Dayun menjadi anaknya. Persahabatan diantara mereka selama ini telah berubah wujud menjadi satu keluarga, semua anak cucu dan keturunanya adalah saudara.

Maka kekuasaan di wilayah hujan Mas dan Sentul ini berada dibawah kekuasaan dan pengawasan Puyang Jege Pering. Setelah semuanya selesai Puyang Patih Jurung dan Puyang Patih Dayun mohon diri untuk kembali ke tempat tinggalnya semula.

Batas umur manusia adalah rahasia sang pencipta. bila sudah waktunya tak seorang pun dapat luput dari kehendaknya kepergian Puyang Jege Pering untuk menghadap yang kuasa tentu saja membuat seluruh keluarga besar mereka berduka akan tetapi mereka tidak mau semua ini membawa mereka hanya dalam kesedihan yang berkepanjangan. Puyang Jege Pering pun akhirnya dimakamkan kurang lebih 15 meter sebelah barat tempat Puyang Tuan. setelah Puyang Jege Pering wafat, maka Puyang Tuan sering berkelana menurutkan kata hatinya. dia mencari dan membuka daerah pemukiman baru, yang mana bila daerah itu sudah ramai dia pun pergi meninggalkannya dan mencari tempat yang lain.

Demikianlah sekelumit cerita tantang asal mula nama Dusun Ujan Mas, yang telah tergores dalah kehidupan anak manusia dibumi sebimbing sekunding ini,

Pesan yang disampaikan : Jadilah manusia rendah hati dan pemaaf pada sesama.

Sekian

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *