Cerita Rakyat Prahara Negeri Silap

Cerita Rakyat Prahara Negeri Silap

Prahara Negeri Silap

Dahulu kala, terdapat sebuah dusun yang subur dan makmur. Ladang dan kebun tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan penduduknya. Semua ini telah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan pada mereka. Suasana dusun tersebut, begitu tentram dan damai dihiasi dengan keharmonisan seluruh warganya. Gotong royong selalu mereka lakukan tanpa membedakan status dan golongan. Rasa kebersamaan inilah yang membuat dusun begitu cepat berkembang dan maju.

Sungai Ogan yang tak pernah kering, mampu memenuhi kebutuhan mereka dan ikan-ikan bertebar dan menari seolah menanti untuk ditangkap. Selain itu, hewan peliharaan maupun ternak dapat berkembangbiak dengan baik di Dusun ini, sebab padang rumput yang luas terbentang mampu memenuhi kebutuhan mereka. ketekunan dan ketelatenan mereka dalam berternak telah memberikan hasil yang cukup memuaskan. Dusun ini diberi nama Dusun Tanjung Siman, letaknya disebalah utara daerah Dusun Gunung Kuripan. Hubungan penduduk dusun ini terjalin dengan baik dengan beberapa dusun tetangga. Tidak mengherankan kalau masing-masing warga dusun sering bermain dan datang berkunjung. Kedatangan mereka kadang-kadang untuk berniaga ataupun tukar menukar hasil panennya. Selama transaksi berlangsung tak pernah sekalipun terjadi perselisihan atau juga silang pendapat diantara warga dusun.

Keadaan alam dan masyarakat yang sedemikian harmonis ternyata mengalami perubahan. Kemarau panjang yang tidak diharapkan telah terjadi hampir disemua dusun. Semua tanaman mulai layu dan mati kekerigan, hutan rimba yang dulunya hijau menyejukkan telah berganti warna. Kegagalan panen telah menghantui seluruh penduduk, karna sebagian besar mereka bergantung dengan hasil bercocok tanam. Musim paceklik telah membawa dampak dalam hidup dan perekonomian menjadi tidak stabil.

Lain halnya dengan Dusun Tanjung Siman, kemarau panjang tidaklah terlalu membawa dampak yang meresahkan penduduknya. Meski kemarau mendera.Semua dapat berjalan seperti biasanya dan tidak terlihat keresahan bagi warga dusun. Mereka sangat bersyukur atas hasil panen tahun lalu, masih cukup dipergunakan untuk mengatasi cuaca yang sampai musim hujan tiba. Rasa sosial dan kebersamaan yang dimiliki semua warga tidak stabil. Hasil panen mereka yang berlimpah tersimpan Di Khiang Padi (Lumbung Padi), mereka keluarkan untuk membantu sesamanya. Mereka melakukan semua ini dengan hati tulus dan ikhlas, demi perikemanusiaan.

Beberapa bulan kemudian, kemarau yang berkepanjanga sudah berlalu. Kini musim penghujan mulai membasahi tanah yang sudah tidak retak-retak lagi. Rumput dan dedaunan kembali menghujau. Penduduk Dusun Tanjung Siman sudah mulai lagi dengan kegiatan seperti biasa.  ada yang ke ladang juga ke kebun untuk bercocok tanam penduduk Dusun memang tidak ada yang berpangku tangan mereka adalah pekerja giat dan tekun berusaha untuk memenuhi kebutuhannya

Keberhasilan penduduk Dusun Tanjung Siman dalam bercocok tanam, membuat orang-orang dari bebarapa dusun ingin datang ketempat itu. Mereka belajar dan melihat cara penduduk dusun ini mengelola tanah pertanian dan perkebunan sacara langsung. penduduk Dusun Tanjung Siman dengan senang hati berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi siapa saja yang ingin belajar tanpa pilih kasih ilmu pengetahuan dan pengalaman, bercocok tanam dan berternak tidak jauh berbeda dengan yang mereka miliki yang membedakannya adalah ketekunan dan kesungguhan serta tidak lupa berdoa kepada penguasa alam.

Hari-hari berjalan terasa begitu cepat, musim panen yang dinantikan tiba perasaan senang dan bahagia dirasakan oleh penduduk Dusun Tanjung Siman. Padi yang menguning terhampar luas menanti untuk dituai. burung pipit berterbangan dengan riangnya kesana-kemari turut merasakan kegembiraan penduduk Dusun Tanjung Siman menyambut panen musim ini. seperti yang mereka harapkan selama ini, semoga sang pencipta senantiasa melimpahkan rahmat bagi mereka semua rasa letih dan lelah bekerja serta berusaha terhapus semua. karena hasil kerja dan ketekunan mereka telah membawa hasil sangat memuaskan.

Malam ini seperti biasa sebelum mereka panen, seluruh warga akan berkumpul guna mendapatkan petunjuk dan pengarahan dari sesepuh dusun. Agar nantinya mereka tidak lupa diri dengan hasil panen yang didapatkan, sehingga mereka sadar apa yang diperoleh

Sebelum waktu yang telah ditentukan, sudah banyak warga yang berkumpul. Ini menandakan mereka tidak mau terlambat hadir dalam pertemuan itu. Mereka berpendapat lebih baik menunggu dari pada ditunggu. Wajah dan raut mereka terlihat sindar kebahagian, karna kebersamaan yang selama ini mereka junjung membuat seluruh warga rukun dan damai.

*****

Menjelang pagi seluruh warga penduduk Dusun Tanjung Siman telah berkumpul, wajah ceria dengan semangat membara terlihat didiri mereka hari ini. Sesuai dengan tradisi yang mereka jalankan selama ini, secara bersama mereka akan bergotong-royong bahu membahu memanen hasil garapan mereka. Diantara warga yang berkumpul terlihat laki-laki yang memiliki Belulusan Ulahk bersama keluarganya, wajah mereka sekeluarga begitu ceria dan selalu tersenyum disaat bertegur sapa dangen warga dusunnya.

Pada saat rombongan penduduk dusun ini akan pergi, terpaksa menunda keberangakatannya utuk sementara waktu. Pagi ini Tanpa diduga mereka telah kedatangan seorang tamu dari dusun tetangga.  Kedatangan mereka disambut dengan hangat dan gembira oleh penduduk Dusun Tanjung Siman. Beberapa orang tamunya ini berasal dari dusun Pengandonan dan dusun batanghari serta Dusun Tanjungan. Maksud dan tujuan mereka pun disambut hangat penuh rasa kekeluargannya.

“ selamat datang saudara-saudaraku… inilah dusun kami ” sambut salah satu sesepuh dengan ramah

“ terima kasih atas sambutan hangat ini ” jawab salah satu diantara mereka

“ tapi kami mohon maaf belum bisa memberikan sambutan terbaik. Karena kami harus segera kekebun utuk panen ”

“ oh tidak apa-apa. Kami menunggu disini saja sampai kalian kembali sore nanti ”

“ terima kasih saudaraku, kalian mau menunggu kepulangan kami ” kata seorang sesepuh pada tamunya

“ kami yang harus nya berterima kasih, karena telah dipercaya dan boleh menunggu di sini ”. Jawab salah seorang tamunya.

“ baiklah…kami akan segera pergi, dan tolong jaga anak-anak kami ” sesepuh itu mengakhiri percakapannya.

Angin yang berhembus pagi ini membelai pucuk-pucuk pepohonan. Kicau burung terdengar bersut-sautan mengiringi langkah kaki mereka pergi ketempat yang dituju. Kesigapan dan semangat mereka, memanen dan memetik hasil tanamannya sangat cekatan. Pekerjaan yang sebenarnya banyak dan melelahkan, mereka lakukan bersama sehingga pekerjaan berat terasa ringan bagi mereka semua.

Warga Dusun Tanjung Siman tak jua pulang, lama-kelamaan, para tamu merasa ingin bermain bersama anak-anak untuk melepas penatnya menunggu seharian. Maka dengan penuh kelembuatan, mereka mengajak anak-anak itu bermain dan bercanda. Anak-anak yang masih polos pun menyambut dengan senang dan riang gembira.

Menjelang siang, anak-anak itu diajak beristirahat dan makan bersama. Selesai makan, anak-anak dibujuk dan dirayu untuk beristirahat dan tidur siang. Mereka diajak masuk dan dikumpulkan di Khiang Padi yang cukup besar untuk menampung mereka semua. Dengan kepolosan, anak-anak itu menerima dan menurut saja. Anak-anak beristirahat dan berbaring mendengarkan cerita dongeng penghantar tidur dari mereka. Tak lama kemudian, semua anak-anak itupun tertidur pulas

.

Melihat kepolosan anak-anak entah mengapa tiba tiba muncul keisengan para tamu. Ia menyulutkan percikan api ke Khiang Padi dengan cepat di Tunu ( di bakar). Hembusan angin membantu nyala api berkobar dengan cepat menghanguskan Khiang Padi bersama jerit tangis anak-anak yang terkurung didalamya. Tiga tamu pun tekejut ketika tampak asap hitam membumbung tinggi menghiasi langit petang ini, Ia tak menyangka keisengan membawa petaka. Semua orang terlihat panik dan menghentikan kegiatannya. Kepulan asap hitam yang mereka lihat arahnya tepat berasal dari dusun mereka, sehingga dengan buru-buru mereka bergegas kembali kedusunnya.

Hasil panen mereka kumpulkan ditinggal begitu saja mereka berlari sekuat tenaga agar dapat segera sampai kedusunnya. Jarak tempuh yang harus mereka jalani cukup jauh, tapi tidak melemahkan semangat kemauan mereka untuk berlari.

Prahara terjadi di Dusun Tanjung Siman hari ini. Puing-puing berserakan dan bau daging terbakar tercium menyengat hidung. Alam menjadi saksi bisu dan desir anign mengalunkan kidung nestapa. Semua telah musnah dan sirna dalam hitungan langkah mereka yang berlari mengejar waktu.

Mereka semua diam dan terpaku dengan napas yang masih tersengal-sengal, menyaksikan sisa sisa kehancuran yang tertinggal. Suara jerit tangis dan air mata menggoreskan cerita duka. Pupus sudah harapan mereka, ketika diantara puing-puing reruntuhan di Khiang padi mereka menemukan tubuh yang hangus termakan api. Tubuh-tubuh yang tak dapat di kenali lagi menghitam dan berpelukan satu sama lain. Mereka sehidup semati dalam kebersamaan menanti ajal menjemput. Hati mereka bagaikan tersayat sembilu.

Suasana berkabung menyelimuti seluruh penduduk Dusun Tanjung Siman tanap terkecuali. Cadar kesunyian sengat terasa malam ini sebagai wujud duka nestapa yang jadi milik merek. Seluruh penduduk Dusun Tanjung Siman berkumpul bersama, duduk dan menengadahkan tangan berdoa kepada Yang Maha Esa.

Selesai acara yang mereka lakukan bersama, keheningan masih belum berlalu dan air mata masih membasahi relung hati merekka yang paling dalam. Diantara mereka ada yang mengeluarkan sumpah.

“ wahai alam, degarkan sumpahku ” suaranya yang keras memecahkan kesunyian malam ini, yang membuat semua warga yang ada terkejut.

“ wahai orang-orang dusun Pengandonan, Batanghari Dan Tanjungan!, dengarkan dan ingatlah selama hidupmu! Seluruh anak cucu keturunanmu jangan harap akan dapat kembali, kalau berani datang lagi kedusun Dusun Tanjung Siman! ”

Tatapan mata laki-laki itu tajam memandang rembulan diangkasa, sambil merentangkan tangannya keatas. Suaranya keras menggelegar memcahkan kegelapan malam, saat itu juga bulan tertutup awan gelap dan kepekatan mencekam.

Keesokan harinya seluruh warga dusun tetangga bercerita dari mulut kemulut, tentang apa yang mereka dengar semalam. Kemudian mereka besama sama datang untuk melihat Dusun Tanjung Siman. Tapi sungguh tak dapat dibayangkan ketika mereka sampai di Dusun Tanjung Siman, yang ada hanyalah hutan belantara yang lebat seperti belum terjamah manusia.

Mereka semua merasa heran bercampur bingung dan tidak mengerti Ke mana perginya Dusun yang subur Makmur dengan keramaian penduduk itu setelah puas mereka mencari tapi tidak menemukan keberadaan Dusun tersebut. Ketika akan pulang lagi-lagi mereka di kejutkan kejadian aneh.

Orang dusun Pengandonan, Batanghari serta Tanjungan yang ikut dengan rombongan mereka, lenyap entah kemana perginya. Mereka segera mencari temannya kesegala penjuru tapi tetap saja tak ditemukan. Menjelang sore mereka pun kembali, dengan harapan teman mereka sudah pulang duluan. Semenjak itu lah Dusun Tanjung Siman oleh penduduk dusun tetangga yang ada di sekitar itu disebut Negeri Silap (Dusun Yang Hilang).

Demikianlah Prahara Negeri Silap yang merupakan satu diantara banyaknya cerita yang telah tertulis. Tentang kisah perjalanan hidup manusia dalam meniti seuntai kehidupan di dunia. Perlu diketahui apakah ini merupakan sebuah mitos atau bukan, akan tetapi hingga saat ini merupakan satu pantangan atau larangan bagi mereka. Yang merasa dirinya adalah seorang anak cucu keturunan dari Dusun Pengandonan dan Batanghari serta Tanjungan. Tidak berani datang ke Dusun Tanjung Siman.

Sekian

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *