Cerita rakyat Putri Dayang Merindu

Cerita rakyat Putri Dayang Merindu

Putri Dayang Merindu

Tokoh : Putri Dayang Merindu dan si Pahit Lidah

Sinar mentari tidak begitu mengingat hari itu angin berhembus dengan perlahan lembut membelai dedaunan. sejauh mata memandang terbentang hamparan padi yang mulai menguning menanti datangnya waktu untuk dipanen. hewan ternak bebas lepas di padang rumput nan luas, mencari apa yang diinginkan. hijaunya kebun Dan Ladang menambah panorama nan indah detak kehidupan, apalagi bila sayup-sayup terdengar kicau burung yang tersembunyi di lebatnya hutan belantara.

Sebuah perkampungan sederhana tertata dengan rapi, mencerminkan tingkat kehidupan telah cukup sejahtera. Sopan santun dan ramah tamah sesama penduduk setempat maupun pendatang, membuat perkampungan ini penuh ketenangan dan kedamaian. Kesuburan tanah yang dikaruniakan sang pencipta tidak di sia siakan oleh penduduk, dengan semangat tinggi mereka bekerja tanpa mengenal lelah.

Hasil panen sering berlimpah di perkampungan ini, berkat kerja keras dan ketekunan dalam usaha meningkatkan taraf  hidup. kesejahteraan dan kemakmuran yang diperoleh tidak membuat mereka lupa diri sehingga mereka tidak pernah lupa melakukan upacara ritual sebagai tanda syukur dan terima kasih kepada Sang Penguasa alam

Perkampungan ini bernama Dusun Padang Bindu, sebuah dusun yang subur, makmur tentram dan damai. Dimana kesejahreraan hidup dapat dirasakan oleh seluruh lapisan penduduk dusun ini.

Sebuah anak sungai yang mengalir di Dusun Padang Bindu ini oleh penduduk setempat diberi nama Sungai Sumuhan yang alirana airnya bermuara ke Sungai Ogan. airnya yang jernih tenang sekali-kali terlihat bergelombang dengan riak yang berkejar-kejaran. membuat ikan-ikan yang bermain, seperti menunggu untuk ditangkap. hari ke hari aktivitas penduduk tidak dapat dipisahkan keberadaannya Sungai Sumuhan. ini rutinitas mandi dan mencuci serta keperluan lainnya terus bergulir seiring perjalanan waktu.

Dusun Padang Bindu mempunyai seorang raja yang sangat dihormati dan disegani oleh penduduk, karena kearifannya dan kebijaksanaannya dalam mengemban tugas sebagai penguasa. Dia sosok yang mengutamakan kepentingan rakyatnya dibandingkan kepentingan pribadinya.

Dialah Raja Balian. Sosok penuh karisma yang begitu diagungkan, menjunjung tinggi harkat kehidupan sesama lapisan masyarakat. sebagai seorang raja, dia tidak segan-segan turun secara langsung melihat denyut kehidupan rakyatnya Raja Balian sangat bersyukur atas segala rahmat dan karunia Sang Pencipta atas dirinya, karena itu merupakan amanat yang harus dipikul pada pundaknya. sebagai orang yang mendapat kepercayaan, Dia sangat konsekuen dan mawas diri dalam menjalankan tampuk pemerintahannya.

Kebahagiaan Raja Balian tak dapat diungkapkan lewat kata kata, manakala yang Maha Kuasa berkenan menghadirkan sang putri dalam kehidupannya. Seorang gadis cantik yang beranjak dewasa, membuat seluruh negeri bersuka cita, bagai kuncup yang tengah merekah, menebarkan harum dam pesona hingga ke dusun dusun lain. Banyak pangeran dan pemuda yang ingin mendapatkan hatinya.

Putri itu bernama “Putri Dayang Merindu”. Sifatnya polos, lugu, dan bersahaja, walaupun dia seorang putri raja. Kecantikan wajahnya tidak membuatnya sombong dan angkuh. tutur sapanya begitu lembut dan menyentuh pada setiap orang periang dan selalu rajin membantu orang yang membutuhkan sehingga Sang Putri menjadi buah bibir yang sangat dikagumi seperti gadis-gadis di dusunnya. Putri Dayang Merindu tidak merasa canggung maupun risih mencuci dan mandi bersama gadis gadis didusunnya. Bersenda gurau menyatu dalam canda di sungai menghilangkan nuansa sepi, sehingga kehadiran sang putri sangat berarti bagi mereka.

Putri Dayang Merindu mempunyai sahabat dua ekor harimau besar. Kemanapun dia pergi, dua ekor harimau selalu menjaganya. Persahabatan mereka berawal pada suatu kejadian.

*****

Pada suatu hari sang putri sedang berjalan jalan dihutan bersama beberapa orang pegawai dan inang pengasuh Putri Dayang Merindu. Sang putri sangat gembira melihat kupu kupu yang menari diantara bunga bunga yang bermekaran dan tumbuh liar dihutan. Dipetiknya sekuntum bunga lalu diselipkannya dirambutnya yang panjang terurai.

Diiringi suara merdu kicau burung, Putri dayang merindu bermain dengan riangnya kesana-kemari, bercanda dan bersenda gurau bersama Inang pengasuh yang kadangkala diselingi suaranya tawa Sang Putri. Asiknya Putri Dayang Merindu bermain tak terasa hampir sampai di tengah hutan. Semua gerak gerik sang putri tidak lepas dari kewaspadaan para pengawal, agar tak terjadi sesuatu yang tak membahayakan sang putri. Semua terkejut, ketika terdengar suara harimau yang sempat membuat sang Putri Dayang Merindu dicekam rasa takut. Para pengawal dan inang pengasuh dengan sigap melindungi sang putri untuk mengatasi segala kemungkinan yang akan terjadi.

Rasa takut dan khawatir Putri Dayang Merindu berangsur angsur hilang, karena suara harimau itu bagi sang putri terdengar suara yang meminta tolong. Perasaan kasina membawa sang putri untuk mencari asal datangnya suara itu. Sesampainya di sumber suara, Putri Dayang Merindu melihat dua ekor harimau yang masuk perangkap para pemburu. Melihat sorot mata dan tatapan yang memelas dari kedua ekor harimau membuat rasa iba dihati sang putri. Kedua ekor harimau itu dibebaskan dari jerat perangkap. Luka luka kedua harimau itu dibersihkan dan diobati dengan dedaunan. Mendapat perlakuan tulus dan lembut dari sang putri, maka dua ekor harimau itu tidak terlihat buas, apalagi ganas terhadap sang putri. dibelai dan dielusnya kepala dua ekor harimau penuh kasih sayang kedua harimau itu membalas dengan cara menjilati tangan putri dayang Merindu

Rupanya diantara mereka telah terjalin persahabatan. Semua yang menyaksikan berdecak kagum. harimau dikenal hewan liar yang luas dan ganas dapat membalas Budi, kepada orang yang telah menolongnya. Bianglala membias di kaki langit setelah rendah hujan, matahari mulai menampakan diri dengan cara butiran air masih ada tertinggal di pohon dan rerumputan kumbang dan kupu-kupu terbang hinggap dari bunga ke bunga lain. Mereka pun kembali ke rumah.

*****

Hari itu, seperti biasa Putri Dayang Merindu turun ke sungai mencuci pakaian dan mandi, secara kebetulan hari itu sang putri tidak menjumpai seorangpun teman. Untuk mengusir sunyi sang putri bersenandung sambil mencuci, ditemani dua ekor harimau sahabatnya yang berada tidak jauh darinya. Ini lah awal mula datangnya bencana yang tak terduga.

Dari kejauhan terlihat ada sebuah rakit yang tengah menyusuri aliran Sungai Ogan. Secara kebutulan rakit itu menuju kearah sang putri.

Suara mendesah senandung Putri Dayang Merindu terbawa angin sayup sayup terdengar ditelinga orang tersebut. Dia adalah seorang pengembara yang secara tak sengaja mendengar senandung sang putri. Kemudian sang pengembara membawa rakit nya menepi di pinggiran Sungai Ogan. Jiwanya begitu tergoda untuk mengetahui dan mencari dimana datangnya suara senandung itu. Hatinya sudah terpaut pada pemilik suara merdu yang didengarnya. Walaupun dia tidak tahu siapa gerangan pemiliknya, melalui pinggiran dia melangkah kearah datangnya suara.

Dari kejauhan, dibalik pepohonan, si pengembara melihat ada seseorang gadis yang bersenandung sambil mencuci. Langkah kakinya sempat terhenti, begitu sang gadis tidak sendirian. Sang gadis ternyata ditemani dua ekor harimau. Sang pengembara dengan gagah menampakkan dirinya. Rambutnya yang panjang sebatas pundak di permainkan angin. Tubuhnya tinggi dan kekar. Wajahnya tampan, namun terkesan kaku dan angker. Sorot matanya yang tajam memandang gadis itu.

Suara kedua ekor harimau mengaung dengan keras, seolah olah ingin memberi tahu kepada Putri Dayang Merindu ada sesuatu yang tak di inginkannya. Kedua harimau bergerak dengan liar kesana kemari dengan gelisah. Sang putri hanya tersenyum dan berusaha menenangkan kedua sahabatnya.  Kembali kedua harimau itu mengaum dengan keras, sambil melihat kesatu arah tepat di belakang Putri Dayang Merindu. Dengan rasa penasaran sang putri membalik tubuhnya melihat kearah belakang, tetapi sang putri tidak melihat sesautu yang patut untuk di curigai.

Dibelainya kedua ekor harimau itu dengan lembut. Putri Dayang Merindu tersenyum manis untuk menenangkan kedua sahabatnya dan sang putri malanjutkan aktivitasnya.  Sementara, mata si pengembara tidak berkedip sekejap pun, terpana menyaksikan apa yang di lihatnya. Wajah cantik dengan rambut panjang lepas terurai, senyum manis tersungging disudut bibirnya. Ketika dengan lembut penuh kasih sayang menengkan kedua harimau sahabanya agar tenang, telah membuat kesan tersendiri bagi pengembara.

Pengembara itu pun memberanikan diri untuk menyapa. “ Duhai putri jelita, maafkan kedatangan hamba, jika mengganggu kedamaian tuan putri. Kalau berkenan boleh hamba bertanya, siapakah gerangan tuan putri nan jelita ? ”. Lembut terdengar sapa si pengembara, tetapi tetap saja membuat sang putri gadis terkejut.

Putri Dayang Merindu menyadari bahwa dihadapannya telah berdiri seorang laki laki tak dikenalnya. Perasaan takut singgah dihatinya, apalagi keadaan ditepian sungai begitu sunyi dan senyap. Ketakutan erat membelenggu dirinya ketika Putri Dayang Merindu mengetahui kedua harimau sahabanya tidak ada di dekatnya.

Putri Dayang Merindu memejamkan mata untuk mengusir rasa takut nya. Melihat sang gadis yang gemetar ketakutan, sang pengembara hanya tersenyum.

“ Duhai puteri jelita, maafkan keadaan hamba, jika mengganggu kedamaian tuan putri. Kalau berkenan boleh hamba bertanya, siapakah gerangan tuan putri nan jelita ?”. Lembut terdengar sapa si pengembara untuk kali kedua.

Senyum si pengembara di mata Putri Dayang Merindu terlihat begitu angker dan menakutkan, sehingga lidahnya terasa kelu dan tubuhnya semakin gemetar. Ingin Putri Dayang Merindu menjerit sekeras kerasnya, agar ada orang yang menolongnya. Harapannya tinggal harapan, karena suasana disekitarnya begitu sunyi dan sepi.

Tegur sapa si pengembara masih tak jua dibalas. Hal ini membuat lama kelamaan membuat hati si pengembara merasa kesal. Akan tetapi dia tetap mencoba lagi, kembali dia menyapa sang gadis itu.

“ Duhai putri jelita….! tolong jawab sapa hamba ini, janganlah tuan putri merasa takut, hamba hanya sekedar ingin tahu siapakah gerangan nama tuan putri ?”

Putri Dayang Merindu  semakin ketakutan sekujur badannya gemetar dan keringat dingin membasihi tubuh. Karena merasa takut sang putri hanya tertunduk diam, tiada sepatah katapun terucap.

Ketika tegur sapanya kembali tidak mendapatkan jawabannya, perasaan si pengembara merasa tersinggung. Dia sudah berusaha untuk bertutur sapa dengan lembut dan sopan. Sebagai seorang laki laki, si pengembara merasa begitu terhina, karena berulang kali telah menyapa sang gadis tetap tak bersuara. Alangkah sombong sang gadis di pikirannya.

Angkara murka bertahta dihatinya. Amarah pun membakar jiwa. Suara si pembara pun terdengar lantang dan makin keras.

“ Kau cantik dan membisu….! hatimu dingin membeku…! tubuhmu kaku laksana patung batu!! ”. Bentak si pengembara dengan garang, sambil bertolak pinggang dengan geramnya.

Seketika petir menggelegar dihati yang cerah itu. Gelap sesaat suasana disekitar Tepian Sungai Ogan.

Putri Dayang Merindu merasakan ada sesuatu keanehan pada dirinya, getaran panas menjalat di sekujur tubuhnya.

Saat itu Putri Dayang Merindu merasakan seluruh tubuhnya kaku dan sulit digerakkan. Masih terngiang ngiang ditelinga Putri Dayang Merindu perkataan si pengembara. “ Batu…Batu…Batu! ”.  Kemudian lenyap tak terdengar lagi. Perlahan Putri Dayang Merindu merasakan adanya perubahan di dirinya, tanpa sempat menyadari apa yang terjadi.

Alam tembangkan kidung nestapa. Dahan dan ranting bisu. Tidak lagi kicau burung terdengar, hanya gemercik air sungai mengalunkan suara bunyi. Semua diam dan membisu hanya keheningan yang ada. Dalam sekejap wujud jelita perlahan berganti rupa menjadi batu.

Si pengembara tersentak dan menarik nafas dalam-dalam. Takkala angkara murka mulai meredam di dada. Dia merasakan keterkejutan yang luar biasa, menyaksikan wujud jelita sang gadis berubah menjadi batu. Ada terselip rasa penyesalan yang mendalam direlung hatinya. Tapi apa hendak dikatakan semua telah terjadi. Si pengembara mangatur napasnya, menepis gejolak perasaan dijiwanya. Ia pun kembali kekampungnya.

*****

Sementara itu, di istana. Raja Balim tampak gelisah “ Wahai…kanda junjungan hamba, adakah suatu gerangan yang telah membuat hati kanda tertikam gundah ?”. Suara istrinya dapat sedikit mengusir kerisauan hatinya, lalu raja balian mangajak istrinya duduk berdampingan.

“ Duhai…dinda belahan jiwa … memang benar apa yang dinda ungkapkan itu. Dihati kanda ada kegelisahan dan kecemasan yang begitu besar olah-olah ada yang akan terjadi pada keluarga kita ini ”

Raja Balian memandang permaisurinya untuk sekedar mencari jawaban, akan tetapi itu tidak ditemukannya. Dalam kecemasannya, Raja Balian menggenggam kedua tangan istrinya, disini dia mendapat sedikit ketenangan yang dapat menyejukkan kerisauan hatinya.

“Kanda mencemaskan puteri kita? bukankah dia sudah biasa pergi kesungai sendirian? Kanda tak perlu mencemaskannya, mungkin sebentar lagi puteri kita pulang.”

Melihat kecemasan dan kegelisahan suaminya, lambat laun hatinya juga merasakan kekhawatiran. Firasatnya sebagai seorang ibu. mata bening itu berkaca-kaca, Dia takut terjadi sesuatu pada buah hatinya. kemudian mereka Diam seribu bahasa, yang ada hanya keheningan mencekam. dalam hati mereka memohon kepada yang maha esa, agar tidak ada sesuatu yang akan menimpa diri putri tercinta.

*****

Sementara itu, tak di sangka si pengembara telah sampai di pangkal Dusun Padang Bindu. Dia menghentikan langkah kakinya. Dengan sorot mata yang tajam dan liar, si pengembara memandang keadaan sekitarnya, rumah-rumah tertutup rapat dan jalan tampak lengang. Seperti tidak ada kehidupan. Perasaan ingin tahu dan penasaran si pengembara melanjutkan langkah kakinya.

Sampai di tengan dusun. Langkah si pengembara terhenti. Pandangan matanya tertuju pada bangunan besar yang kokoh dan megah. Arsitektur bangunan itu sungguh sangat indah, begitu juga ornamen dan relief yang terpahat menghiasai hampir memenuhi seluruh bangunan. Sejenak si pengembara terpaku, dia berdecak kagum pada apa yang dilihatnya. Baru kali ini dia di tempat yang makmur dan kaya. Ada sesuatu kejanggalan yang membuat si pengembara heran. Mengapa dusun ini sunyi seperti tidak berpenghuni. Hasrat hati untuk mampir sebentar sekedar melepaskan lelah dari perjalanan panjangnya, ternyata tidak seperti apa yang dia harapkan.

Kesunyian dan kesepian yang merata membuat hatinya kesal bercampur marah, apalagi peristiwa yang baru saja terjadi di tepian sungai terlintas kembali. Api amarah dan kesal kembali membawa membakar nuraninya, sehingga apa yang terpendam tidak dapat lagi di bendung.

“ Apakah ini perkampungan? Bila ini perkampungan, mana? Dan dimana penghuninya…? ”. Si pengembara bergumam dengan wajah memerah, dia memandang suasana sekitarnya. Sapaan kerasnya tidak mendapat jawaban.

“ Hoiiii penghuni kampung…! Dimana kalian…? Kalian tahu ini bukan kampung….! tetapi lebih pantas di sebut Goa… Batu…..! ”. Suara geram dan kesal bergema membentur lemah dan lereng bebukitan, maka peristiwa dipinggir sungai terulang kembali.

Petir menggelegar dengan sangat dahsyatnya sembung menyambung, seluruh dusun tertutup gelap yang sangat pekat dan kelam, sungguh mencekam dan mengerikan….! tidak berselang lama, semua yang terjadi usai sudah. prahara menakutkan kini telah berlalu hanya meninggalkan sebentuk keheningan yang mencekam. matahari enggan menampakan diri, Tiara lagi nyanyian merdu menghiasi kehidupan. semua hilang lenyap dan musnah, sirna terkubur rnestapa nan pedih.

Indahnya perkampungan telah tiada, tinggal Goa Batu yang menjelma. Dingin dan kaku serta menakutkan. si pengembara memandang apa yang terhampar di hadapannya. Dusun yang dulu tentram dan damai, telah nerubah menjadi Goa Batu. Raja dan seluruh rakyatnya beserta semua kehidupannya telah berubah wujud menjadi penghuni goa batu terkubur dan terpendam.

Demikianlah legenda Putri Dayang Merindu, yang tidak dipisahkan dengan cerita asal mula terjadinya Goa Putri. Legenda ini sampai sekarang masih tetep hidup dan di ceritakan turun temurun di kalangan masyarakat Padang Bindu.

Di tengah Sungai Ogan dapat kita lihat ada batu yang dipercaya jelmaan Putri Dayang Merindu, akibat kutukan Si Pahit Lidah. sedangkan perkampungan menjelma menjadi Goa Batu yang disebut Goa Putri. Sampai sekarang masih dapat disaksikan Batu Putri Dan Goa Putri kini menjadi salah satu objek wisata yang unik dan menarik di Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Sekian

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *