TANJUNG SIMAN

Sinar matahari telah membangunkan penghuni alam, karena kegelapan malam telah berlalu semuanya bergembira. Rumput ilalang bergelombang ditiup angin pagi ini, suara burung Kutilang nyaring terdengar memecahkan kesunyian hutan rimba. Kebun dan sawah ladang sudah menanti kedatangan orang-orang yang akan menggarapnya, inilah salah satu geliat  gambar kehidupan manusia didunia.

Pagi ini jalan yang menuju kekebun dan sawah ladang sudah terlihat dilewati orang yang akan menuju kesana, semangat dan kegembiraan yang ada pada diri mereka menunjukkan keinginan untuk maju dan berkembang. Hujan dan panas sudah biasa menerpa mereka,  tapi itu bukanlah suatu penghalang bagi mereka untuk kesejahteraan keluarganya.

Bagi mereka yang malas dan hanya mau berpangku tangan dalam menjalani kehidupan, tentu saja akan menuai hasil dari apa yang dia tanam. Tanpa usaha rasanya mana mungkin akan datang rezeki begitu saja, jadi sebagai manusia biasa kita harus giat dan tekun serta jangan untuk lupa berdoa.

Hari itu ada seorang laki-laki penduduk Dusun Tanjung Siman, yang pergi kehutan rimba untuk mencari kayu bakar. Seperti biasa dia pergi kehutan rimba seorang diri, karena ini  sudah sering kali dijalaninya. Perasaan takut dan khawatir itu menjauh dari didirinya, dia percaya apabila menyayangi dan mencintai penghuni alam. Mereka juga akan berprilaku seperti apa yang kita lakukan, percaya diri inilah yang membuat dia tak gentar  sedikitpun untuk masuk kehutan rimba.

Sampai di Heding Himbe ( pinggiran hutan )  laki-laki itu menyaksikan keindahan alam yang tak dapat dungkapkannya dengan kata-kata, hamparan sawah yang menguning luas terbentang menanti untuk dipanen. Ketika langkah kakinya sudah mulai memasuki hutan rimba, dia mulai menyusur tempat itu untuk mencari kayu kering yang biasanya banyak disini . Dahan dan ranting kering yang biasanya banyak  berserakan ditanah tidak terlihat sama sekali, mungkin dia agak terlambat datang hari ini katanya dalam hati.

Akhirnya dia mengambil keputusan untuk masuk lebih dalam lagi ketengah hutan, dia harus mendapatkan kayu kering yang dicarinya. Tak mungkin dia akan pulang dengan tangan hampa, karena persiapan kayu bakar dirumahnya tinggal sedikit.

Kemantapan hati membawa langkah kakinya menuju ketengah hutan rimba yang lebat, udara dingin dan pengap mulai dirasakannya. Pohon-pohon besar yang tumbuh menjulang tinggi dengan daunnya yang rimbun, membuat sinar matahari sangat sedikit yang dapat menembus lebatnya hutan rimba ini.

Begitu sampai ditengah hutan rimba dia merasakan ada sedikit kejanggalan dan keanehan disini, kesunyian sangat mencekam yang menimbulkan kesan angker dan menakutkan. Mengapa dihutan ini hiruk pikuk Simpai dan Siamang ( hewan perimata sejenis monyet ) tidak terdengar sama sekali, kemana perginya penghuni hutan rimba ini …… ?. Walaupun dia mempunyai pikiran seperti itu, akan tetapi tetap mencari dahan dan ranting kering.

Tidak lama kemudian dia agak terkejut dan segera waspada, matanya tertuju pada bekas jejak ada ditanah. Rumput dan pohon-pohon kecil terlihat roboh dan patah terkena jalur bekas jejak itu, dia memperhatikan dan mengikuti jejak yang meliuk-liuk itu dengan senjata ditangan. Bekas jejak yang ditinggalkan ini seperti jejak seekor ular, jika benar ini adalah  jejak seekor ular.

Tak sanggup rasanya dia membayangkan betapa besar sipemilik jejak itu, kemudian dia melangkah dengan hati-hati penuh kewaspadaan. Mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa saja muncul secara tak terduga, perlahan namun pasti dia mengikuti jejak tersebut.

Semakin jauh dia memasuki hutan rimba mengikuti jejak yang ada, dia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya yang dicari. Rasa penasaran dan ingin tahu membuat rasa takutnya hilang, ingin membuktikan dan melihat sendiri sebesar apa hewan melata tersebut.Dia tidak mau hanya mendengar cerita dari mulut kemulut, yang biasanya sering dibumbui dan ditambahi supaya lebih menarik dan menakutkan. Hari ini dia akan melihat dan membuktikan dengan mata kepala sendiri, kebenaran yang selama ini menjadi rahasia kehidupan dialam bebas ini.

Akhirnya langkah kakinya terhenti dan membuat dia lebih berhati-hati penuh  kewaspadaan, untuk membela diri dari segala macam bentuk serangan yang tidak diinginkan. Jejak yang diikutinya berhenti dan hilang,  tepat dibawah sebatang pohon yang besar dan rimbun.Dia mengitar pohon besar itu dengan jarak yang cukup jauh beberapa kali, sambil tak lupa melihat keatas untuk mengawasi apa yang dicarinya. Setelah berulang kali melihat kesana kemari dengan waspada. Tidak diketemukannya sesuatu yang mencurigakan,  barulah dia berani untuk lebih mendekat lagi.

Matanya tertuju pada sebuah benda yang sudah mengering tersembunyi dibawah pohon besar itu, walaupun terlihat kering tetap memancarkan cahaya yang tidak terlalu berkilau. Perlahan-lahan dia mendekati benda tersebut dengan hati yang was-was,  takut yang punya benda itu muncul tiba-tiba. Setelah diamati dengan cermat dan teliti benda itu seperti kulit, dirasa cukup aman barulah dia mengambil benda tersebut.

Ternyata benda itu adalah Belulus Ulakh,  (proses pergantian kulit yang tejadi pada ular, dimana kulit lama mengelupas dan ditanggalkan setelah berganti kulit yang baru ). Melihat besar dan panjangnya Belulus Ulakh ini, tentu suda dapat diduga betapa besar dan panjangnya ular ini. Sungguh sangat disayangkan, mungkin proses pergantian kulit itu sudah lama terjadi. Dapat terlhat hanya ada sedikit tersisa yang selebihnya mungkin telah hancur dan hilang.

Laki-laki itu membersihkan Belulusan Ulakh ( Bekas Kulit Ular ), setelah bersih lalu digulungnya. Perasaan tidak enak dirasakannya andaikata dia sudah sampai didusun, pasti dia akan menjadi bahan tertawakan dan ejekan oleh orang, karena dia membawa barang yang tidak beguna dan berharga itu.

Supaya penduduk dikampungnya tidak tahu, kalau dia membawa Belulusan Ulakh. Dililitkannya Bululusan Ulakh dipinggang dan ditutupi baju yang dipakainya,  Sekarang  pikirannya tidak mungkin ada orang yang tahu, kalau dibalik bajunya ada bekas kulit ular dan diapun tersenyum sendiri. Tak lama berselang diapun pergi melangkah untuk meninggalkan hutan rimba itu, pengalamannya hari ini cukup menegangkan dan dapat dijadikan bahan cerita bagi teman sekampungnya.

Masih didalam hutan rimba dalam perjalan pulang kedusunnya, tak disangka dia berpapasan dengan beberapa ekor harimau yang sedang berburu mencari mangsa. Dia sangat terkejut dan tak mungkin dapat lari dan menghindar lagi, karena mata macan itu memandang tertuju kearahnya berdiri. Tubuhnya gemetar dan parang ditangannya hampir terlepas, ketika harimau-harimau itu berjalan mendekat kearahnya.

Sungguh diluar dugaan dan terjadi suatu keajaiban, harimau-harimau itu berjalan melewati dia dan hampir saja menabrak tubuhnya. Harimau-harimau itu seperti tidak melihat keberadaannya dtempat itu, harimau-harimau  lewat dengan tenang disamping kiri kanan dirinya.

Tanpa memperdulikan keberadaannya,  harimau-harimau itu kedalam hutan rimba. Setelah harimua-harimau itu pergi dan tak terlihat lagi, barulah dia dapat bernapas dengan lega. Sambil menyeka keringat dingin ditubuhnya yang masih gemetar, diapun bergerak meninggalkan hutan rimba untuk pulang kedusun.

Sebelum sampai kerumah diapun bertemu dengan orang-orang yang baru pulang dari ladang, akan tetapi tak seorangpun teman sedusunnya yang menyapa seperti biasa pada dirinya. Mereka berjalan bersama dan berdampingan, namun mereka seperti tidak mengetahui keberadaa dirinya diantara mereka. Orang-orang dusunnya itu bercerita sepanjang jalan, tanpa memperdulikan dirinya yang sejak tadi berjalan bersama.

Dia semakin tidak mengerti dan merasa heran, dihutan tadi harimau-harimau yang kelaparan dan buas tidak memangsanya.  Orang-orang sedusun yang berjalan beriringan sama sekali tidak memperdulikan dirinya. Ada apa sebenarnya yang terjadi pada dirinya, sehingga baik hewan maupun manusia kini sudah tak perduli pada dirinya.

Merasa tak dianggap dan diacuhkan saja timbul kejahilan pada dirinya untuk menggoda, telinga kiri dan kanan salah seorang  temannya yang berjalan ditariknya dari samping. Temannya kaget dan celingukan menoleh kekiri  juga kekanan, mencari siapa yang telah iseng menarik telinganya. Padahal saat itu dia ada tepat berada disamping temannya. Tapi ternyata temannya dan juga yang lain tidak dapat melihat keberadaan dirinya.

Menyadari perbuatan yang dilakukan  tidak diketahui siapa pelakunya, ketika  menggoda teman sedusunnya membuat dia tersenyum sendiri. Muncul  pertanyaan yang ditujukan pada dirinya sendiri, benarkah mereka tidak dapat melihat dirinya yang ada diantara mereka …… ?.  Rasa penasaran ingin mengetahui apa benar keberadaannya tidak terlihat, maka kejahilannya untuk menggoda teman sedusun diulanginya lagi.Secara iseng pantat seorang temannya dipukul dengan keras, sehingga temannya itu terkejut dan menjerit sambil melompat dengan wajah ketakutan. Kejadian ini membuat semua temannya yang jalan bersama merasa heran dan tak mengerti, dan muncul praduga-praduga yang membuat dihinggapi rasa takut.

“ Tadi sewaktu aku berjalan dibelakang kalian, kedua telingaku ditarik dengan keras dari belakang. Kucari siapa yang telah berani iseng kepadaku, tapi tidak ada satu orangpun yang ada dibelakangku ………..! “. Salah seorang temannya yang pertama dijahilinya, bercerita kepada temannya yang lain.

“ Barusan tadi rasanya pantatku ada yang memukul dengan keras, sehingga aku melompat dan menjerit. Kalian mengira aku bercanda, untuk menakuti kalian semua ….. ! “ kata temannya yang masih merasakan sakit dan ketakutan.

“ Mungkin diantara kita ada yang mempunyai Nazar dan belum dibayar atau sudah ada yang melanggar pantangan dan larangan yang diberikan para Sesepuh kita disini “. Kata seorang yang terlihat seperti ketakutan, setelah mendengar cerita dari teman-temannya.

“ Akh….. jangan dibawa kearah tahayul, nanti kita salah jalan …….! “ . salah seorang dari mereka mereka mencoba menenangkan teman-temannya.

Melihat kenyataan ini barulah dia menyadari, bahwa saat ini tubuhnya tidak dapat terlihat oleh teman sedusunnya ini.  Kejadian ini membuatnya merasa heran dan bingung, apa yang menjadi penyebab semua ini. Biarlah nanti bila tubuhnya sudah dapat terlihat kembali, dia berjaji dalam hati kecilnya untuk meminta maaf atas semua keisengan yang dilakukannya.Untuk saat ini dia sendiri masih diliputi kebingungan dan tidak mengerti sama sekali, pasti akan ada jalan keluarnya dan dia akan sekuat tenaga untuk berusaha menemukannya.

Menjelang sore mereka baru sampai didusun, mereka kembali ketempatnya masing-masing untuk melepaskan penat kerja sehari. Kejadian yang mereka alami adalah sebagai pengalaman bagi mereka, hanya merekalah yang tahu apa saja yang baru mereka alami.

Malam itu laki-laki yang memakai Belulusan Ulakh ditubuhnya duduk sendirian didepan rumah, dia masih memikirkan peristiwa yang hari ini telah dialaminya. Sebenarnya apa yang telah  dengan dirinya, harimau dan orang tidak dapat melihat dirinya seperti biasanya. Dia mencoba merenungi dan mengingat kilas balik semua yang terjadi hari ini,  terbayang kembali semua yang pernah dilakukannya hari ini saat berada dihutan rimba.

Cukup lama dia mengintropeksi dirinya sendiri, tetapi sampai detik ini belum juga dapat ditemukannya jawaban. Ada terlintas dibenaknya yang membuat dia merinding sendiri, apakah diriku ini sudah meninggal ……… ?, Jasadku tak telihat oleh hewan dan manusia, sedangkan diriku dapat dengan jelas melihat apa saja dengan mataku. Mungkinkah ini yang dinamakan kematian ……?, tapi andaikata  dirinya telah meninggal mengapa dia tidak masuk masuk Surga …… ?.

Dia bangkit dari tempat duduknya dan masuk kedalam biliknya, baju hitam yang dipakai dibukanya dan Belulusan Ulakh ditubuhnya dilepas. Dia meletakkan Belulusan Ulakh itu diatas pembaringan, dengan tidak memakai baju dia keluar dari dalam biliknya dan kembali duduk didepan rumahnya.

Baru sebentar dia duduk didepan rumah, kebetulan lewat dua orang yang tidak lain adalah tetangganya. Dia sengaja tidak menegur duluan terhadap orang yang lewat itu, ini untuk membuktikan apakah mereka dapat melihat dirinya.Ternyata kedua orang itu menegur dirinya, teguran tersebut dibalasnya seramah mungkin.

Setelah kedua orang itu berlalu, dia merasa sangat senang dan gembira. Mereka menegur dan itu berarti mereka dapat melihat dirinya, ini juga sama artinya bahwa dirinya belum meninggal. Perasaan lega bercampur senang dia kembali masuk kedalam biliknya, sambil tersenyum puas dia merebahkan dirinya diatas pembaringan. Malam ini dia dapat tertidur dengan nyenyak, satu pertanyaan dihatinya telah terjawab bahwa dia belum meninggal.

Keesokan harinya dia sudah bersiap-siap untuk pergi keladang, sebelum keluar rumah dia memakai baju hitam dan celana hitam. Sebelum keluar rumah dia tidak lupa melilitkan Belulusan Ulakh ditubuhnya, setelah semuanya beres diapun berangkat menuju ladang miliknya.Hari ini begitu cerah dan menyenangkan katanya dalam hati, dijalan-jalan dusun sudah banyak orang yang berlalu lalang dengan keperluannya sendiri-sendiri.

Selama perjalanannya menuju keladang, sudah beberapa kali dia bertemu dengan orang-orang sedusun. Tak satupun dari mereka menyapanya seperti biasa, bahkan orang yang jalan keladang searah dengan ladangnya juga tidak menyapa dirinya. Mungkin hari ini orang-orang yang kebetulan bertemu dengan dirinya itu sedang ada permasalahan, sehingga tidak memperhatikan keadaan disekelilingnya. Secara itulah dia mebesarkan hatinya, agar apa yang dialaminya pada saat akan  keladang  tidak menambah beban pikirannya.

Ladang yang digarapnya bersih dan teratur dengan baik, semua yang ditanam dapat tumbuh dengan subur. Keadaan inilah yang membuat dia sangat bersemangat bekerja, sering dia lupa dengan waktu apabila sedang tenggelam dalam pekerjaannya ini.  Sama seperti hari ini  hampir dia lupa untuk beristirahat dan makan, sedangkan matahari telah tepat berada diatas kepalanya.

Setelah membersihkan diri dia menuju Dangau ( pondok kecil ) untuk mengisi perutnya yang sudah terasa lapar, selesai menyantap makanan yang dibawanya dari rumah diapun beristirahat sekedar melepas lelah. Merasa istirahatnya sudah cukup dan tubuh kembali segar dan bertenaga, tanpa membuang waktu segera dia meneruskan pekerjaannya yang sempat tetunda.

Waktu rasanya berjalan terlalu cepat baginya, karena hari telah menjelang sore. Dia menghentikan semua kegiatannya diladang ini, peralatan yang telah dipergunakan disusun kembali dengan rapi dan disimpan. Besok akan kembali keladang ini untuk meneruskan pekerjaannya, kemudian dia berkemas untuk pulang kerumah.

Jarak tempuh dari ladangnya pulang kerumah cukup jauh, dia harus dapat memperhitungkan waktu yang akan dijalaninya dengan tepat. Kalau tidak tentu saja dia akan kemalaman ditengah jalan, mengingat semua itu diapun segera bergegas meninggalkan ladangnya untuk kembali kerumah.

Selama dalam perjalanan pulang kerumah, sama seperti pada saat dia akan pergi keladang. Orang-orang yang kebetulan bertemu dengannya, tak satupun dari mereka menegur dan menyapa dirinya. Dia menepis jauh-jauh semua pikiran yang nantinya dapat meresahkan dirinya, mungkin mereka terlalu lelah bekerja seharian dikebun ataupun diladang mereka. Cara seperti inilah dia membesarkan hati dan melapangkan dada, tak terasa diapun sudah hampir sampai dirumahnya.

Pernah suatu hari didusunnya ada orang yang punya hajatan, sebagian besar  penduduk dusun hadir diacara tersebut  termasuk laki-laki yang memakai Belulusan Ulakh. Diacara hajatan itu tidak ada seorangpun yang menegur ataupun menyapa, apalagi untuk sekedar berbicara dengan dirinya. Dia merasa sunyi dan seorang diri didalam keramaian, membuat hatinya merasa dikucilkan oleh semua kerabatnya.`

Ingin hati ini menjerit sekuatnya dan menangis sepuasnya, sekedar pelepas  pedih dan sedih yang sangat menyiksa. Dengan berat hati dan perasaan berduka dia meninggalkan acara hajatan tersebut, gontai langkah kakinya sewaktu pergi dari tempat itu. Walau hati bagaikan teriris sembilu, namun tidak ada setetespun air mata  tergenang dipelupuk matanya.

Begitu sampai dirumahnya dia langsung masuk kedalam biliknya, pikirannya  kalut dan tertekan dengan semua yang dialaminya. Mungkin semua ini sudah  tertulis  dijalan kehidupannya, namun dia tidak mau menyerah dan pantang berputus asa. Biarlah hari-hari akan dilaluinya dengan penuh kesunyian, tapi tetap akan dicarinya sebuah jawaban yang pasti buat semua ini.

Penat yang dirasakannya dibawanya kepembarangan, mungkin sejenak dia dapat melupakan kepahitan yang menjadi miliknya. Diatas pembaringan matanya tak dapat terpejam, resah dan kegelisahan kembali datang menghampiri. Hatinya ingin bertanya tapi kepada siapa ……?, dan siapakah yang harus disalahkan dengan semua kejadian ini ……?.

Sejuta tanya yang membebani dirinya, membuat bathinnya sangat letih. Tanpa diminta perlahan-lahan matanya tepejam, yang akhirnya membawa dirinya tertidur lelap. Semua beban yang dialaminya dapat sejenak terlupakan, manakala dirinya terbuai dalam mimpi indah dalam kepulasannya.

Pada suatu sore dimana orang mulai beranjak pulang dari kebun dan ladangnya, laki-laki yang memakai Belulus Ulakh juga akan pulang kerumah. Ditengah jalan dia bertemu dengan seorang yang sedang berjalan sendirian didepannya, sungguh kebenaran katanya dalam hati ada orang yang dapat dijadikan sebagai teman seperjalanan.

“ Ooiiii ….. tunggu …… ! “. Teriaknya memanggil orang yang ada didepannya.

Orang yang dipanggilnya menengok  kebelakang sebentar melihat kesana kemari, kemudian meneruskan langkah kakinya meninggalkan laki-laki yang memakai Belulus Ulakh tadi.

“ Ooiii ….tunggu …. kita pulang sama-sama ….. !. Teriaknya sekali lagi dan berlari mendekat.

Orang yang dipanggilnya terlihat kebingungan mencari datangnya suara itu, kegelisahan bercampur rasa takut terlihat jelas diwajahnya. Orang itu mempercepat langkahnya, sekali-kali orang itu menengok kebelakang dengan perasaan khawatir.

Laki-laki yang memakai Belulusan Ulakh tadi sudah ada disampingnya, akan tetapi orang itu tidak tahu keberadaannya. Langkah kakinya yang terburu-buru terpaksa diikutinya, apa yang terjadi dengan orang yang dipanggilnya ini ….?.

“ Tunggu ….!,  kita jalan ….. ! ” , katanya sambil menyentuh tangan orang ini.

“ Tolooooong …… ada hantuuuu ……….. ! “ . Teriaknya sambil berlari mengambil langkah seribu, semua barang yang bawaannya ditinggalkan begitu saja. Orang itu terus berlari sambil berteriak minta tolong, bagaikan kerasukan setan orang itu terus berlari menuju kedusun.

Laki-laki yang memakai Belulusan Ulakh itu hanya bengong dan berdiri diam tak mengerti, mengapa orang yang ditegurnya ini lari ketakutan. Dia sendiri tidak dapat mengerti akan kejadian ini, padahal dia sudah berusaha menyapa dengan sopan. Biarlah mungkin sudah nasib katanya dalam hati, ingin punya teman seperjalanan  yang didapat sesuatu kejadian tak terduga. Laki-laki yang memakai Belulusan Ulakh itu berjalan sendiri berteman sepi, tak lama kemudian sampailah dia dirumah.

Malam harinya laki-laki yang memakai Belulusan Ulakh itu keluar rumah untuk mencari udara segar, dia berjalan sendirian ketengah dusun. Menuju tempat dimana teman-temannya sering berkumpul, diwarung itu ada beberapa temannya yang sedang asyik mendengarkan cerita dari seseorang diantara mereka.

Laki-laki yang memakai Belulusan Ulakh itu masuk dan segera menghampiri mereka, akan tetapi tak seorangpun diantara mereka yang menegur ataupun menyapanya. Dia hanya terdiam sendiri dan mendengarkan cerita temannya itu, rupanya kejadian sore tadi diceritakannya kepada teman-temannya. Walaupun disana sini dibumbuhi dengan kebohongan yang berlebihan, biar cerita itu lebih menarik dan menegangkan bagi yang mendengarnya.

Laki-laki yang memakai Belulusan Ulakh itu hanya tesenyum, timbul kembali keisengannya untuk menggoda teman-temannya. Sekaligus memberi pelajaran kepada temannya,  yang suka mengarang bercerita yang tak masuk diakal.

“ Heeiii ….. aku datang seperti pintamu …… ! “. Suara itu jelas terdengar ditelinga mereka, kemudian mencari dari mana datangnya suara itu.

“ Kalau kamu jantan tunjukkan dirimu ……. ! “. Teriak salah seorang diantara mereka, yang mempunyai nyali cukup berani.

“ Tunggu sebentar kawan, mengapa teburu-buru ….. ! “. Suara itu menjawab tantangan mereka, dan asal suara itu tepat berada diantara mereka. Membuat bulu kuduk  mereka semua merinding, temannya yang punya nyali berkata sambil berdiri menantang.

“ Sabar kawan ….. !, kita nikmati dulu yang terhidang ini ….. ! “.  Cangkir kopi yang ada dan sepotong ubi goreng melayang-layang diudara, kemudian kopi didalam gelas dans epotong ubi goreng itu lenyap entah kemana.

“ Haaannntuuuuuu ………… ! “.  Sepontan mereka berebutan berlari keluar dari dalam warung dengan wajah ketakutan, teriakan mereka menarik perhatian orang-orang yang kebetulan ada disana. Melihat teman-temannya lari berhamburan sampai ada yang terjatuh, membuat laki-laki yang memakai Belulus Ulakh itu tersenyum.

Peristiwa malam ini cukup membuat semua penduduk dusun menjadi gempar dan heboh, masing-masing orang bertanya untuk mencari tahu apa yang terjadi. Berbagai macam versi telah diceritakan dari mulut kemulut, sehingga  dusun yang selama ini tenteram dan damai sedikit kacau. Untunglah Para Puyang dan Sesepuh cepat tanggap untuk mengatasi semua ini, sehingga penduduk dapat sedikit merasa tenang dan terhindar dari ketakutan.

Keesokan harinya cerita dan kejadian semalam begitu cepatnya menyebar, hingga sampai kedusun-dusun tetangga yang jaraknya cukup jauh. Segala macam bentuk peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dihubung-hubungkan satu sama lainnya, sehingga muncul cerita yang cukup menyeramkan dan menakutkan.

Hari itu tak ada seorang pun penduduk yang pergi kekebun ataupun keladang, mereka lebih memilih istirahat untuk sementara waktu sampai keadaan kondusip.

Sampai siang hari masih saja terdengar orang memperbincangkan cerita itu, semua ingin tahu cerita tersebut meskipun ada rasa takut pada diri mereka. Menjelang sore dusun itu mulai terlihat sepi dan sunyi, jalan-jalan didusun terasa lengang dan pintu rumah sudah mulai ditutup. Ketika malam datang keadaan dusun semakin mencekam, hanya orang yang mempunyai kepentingan mendesak yang beranai keluar.

Diatas pembaringan laki-laki yang selalu memakai Belulusan Ulakh merebahkan diri, dia merenungi dan meresapi semua kejadian yang ada didusun ini. Air matanya mengalir membasahi pipinya, perasaan bersalah dan berdosa terhadap semua penduduk begitu menyiksa sukma raganya. Dia merasa penyebab utama dari keresahan dan ketakutan penduduk, adalah akibat perilakunya yang iseng dan konyol.

Akhirnya dia mengambil sebuah keputusan yang berat bagi dirinya, biarlah dia menjalani sisa hidup ini dengan caranya sendiri. Jalan kehidupan yang sunyi didalam kesendiriannya, untuk sementara waktu biarlah dia dianggap hilang dari dusunnya. Walaupun dia tetap berada dan tinggal disini dengan kegiatan seperti biasa, pagi pergi keladang dan sore pulang kerumah dengan tidak menampakkan diri. Lambat laun keberadaannya akan dilupakan penduduk dusun, akhirnya dia dianggap telah hilang entah kemana rimbanya.

Sejak dia mengambil keputusan untuk tidak menampakkan diri lagi dimuka umum, perlahan-lahan roda kehidupan didusunnya kembali stabil. Orang-orang sudah kembali melakukan pekerjaan dikebun dan diladang tanpa diliputi rasa takut, pada malam haripun orang sudah berani keluar  tanpa ada perasaan khawatir atas keselamatannya.

Beberapa tahun telah berlalu, dusun itu semakin maju dan berkembang. Keberadaan laki-laki yang memakai Bululusan Ulakh sudah hampir dilupakan penduduk dusun, karena sampai saat ini dia tak pernah muncul dan terlihat lagi. Mereka semua beranggapan bahwa dia telah pergi entah kemana, padahal dia selalu ada didusun ini dan tidak pernah pergi’

Yang menarik perhatian penduduk dusun ini, adalah tempat tinggalnya yang selalu terlihat bersih dan terawat dengan baik. Sama juga dengan ladangnya yang tampak bersih dan terawat tidak ditumbuhi rumput dan ilalang. Keanehan yang nampak didepan mata ini  tidak dapat dipungkiri, sehingga sering menjadi pokok bahan  pembicaraan orang didusun ini.

Sebagian orang beranggapan dia masih hidup dan pergi dari dusun, tapi sampai sekarang tak seorangpun yang tahu dimana keberadaannya. Ada juga sebagian orang didusun ini beranggapan dia telah meninggal dan jasadnya tidak dapat diketemukan. Itulah pendapat dan anggapan penduduk dusun ini, sedangkan orang yang menjadi objek pembicaraan tidak pernah pergi keman-mana.

Semua perkembangan dan kemajuan penduduk didusun ini dilihatnya dengan baik, dan kejadian apa saja didusun ini dapat diketahuinya. Sebenarnya dia ingin berkumpul dengan mereka seperti dulu, tapi keadaanlah yang membuat jarak diantara dia dan semua penduduk dusun.

Pernah ada keinginan yang hampir tak dapat terbendung lagi, dia ingin dapat berkumpul dengan teman sepermainannya. Untunglah dia dapat menahan apa yang menjadi kehendaknya, bila dia menurutkan nafsu untuk berkumpul bersama mereka. Tentu akan terjadi kehebohan seperti beberapa tahun yang lalu, dan dia tidak ingin semua itu terulang lagi. Sampai saat ini laki-laki yang memakai Belulusan Ulakh itu, belum menemukan jawaban yang dicarinya.

Suatu hari laki-laki yang memakai Belulusan Ulakh melangkahkan kaki untuk mandi di Sungai Ogan, ini merupakan kebiasaan orang-orang didusunnya. Disungai  sudah ada orang yang sedang mandi dan mencuci, anak-anak dengan riang bermain dan bercanda dijernihnya air sungai. Laki-laki yang memakai Belulusan Ulakh sangat senang melihat tingkah laku anak-anak itu, betapa indahnya dunia mereka miliki.

Disebuah batu yang ada ditepi sungai dia duduk dan bersiap untuk mandi, pakaian hitam-hitam itu satu persatu dibukanya.  Begitu dia melepas Belulus Ulakh yang didililitkan ditubuhnya, terjadi keanehan yang sama sekali tak pernah diduganya. Orang-orang yang sedang berada disungai itu terlihat terkejut dan heran, secara sepontan mereka menegur dan menyapanya.

Tak percaya tapi ini suatu kenyataan yang diterimanya saat itu, dia sangat senang dan begitu bahagia. Sudah ditegur dan disapa oleh orang lain, ini berarti dirinya sudah dapat terlihat kembali. Untunglah hari itu masih ada orang yang ingat dan mengenalnya, sehingga suasana disungai menjadi menjadi bertambah ramai dan heboh. Kejadian ini dengan cepat disampaikan warga kepada Puyang dan para Sesepuh dusun ini, sehingga mereka beramai-ramai pergi menuju ketepian sungai.

Setelah situasi yang menghebohkan itu dapat dikendalikan, maka laki-laki yang selama ini dianggap telah hilang dibawah ketempat salah seseorang sesepuh dusun. Laki-laki yang berpakaian serba hitam itu tidak memakai dan melilitkan Belulusan Ulakh dipinggangnya, benda itu dibungkusnya dan dipegangnya dengan erat sekali. Dia sangat bahagia dan terharu, ternyata penduduk didusun ini masih dapat mengenali dirinya. Dia merasa bersalah terhadap semua orang yang ada didusun ini, karena selama ini dia dianggap hilang dan pergi dari dusun. Pada hal itu tidak pernah dia lakukan, hanya satu rahasia yang tak akan pernah dia ungkapkan.

Dihadapapan Puyang dan Para Puyang dia menceritakan semua yang dialaminya dari awal sampai kejadian hari ini, diceritakan dengan sangat rinci dan tidak ditambah ataupun dikuranginya. Pengalamannya diceritakan hanya pada orang yang sangat dipercayainya dan menjadi panutannya. Mendengar kisah pengalaman yang  diceritakannya, membuat mereka senang dan bahagia juga merasa terharu. Pantas diacungi jempol atas ketabahan yang dimiliki laki-laki tersebut, dapat bertahan hidup dalam kesendirian untuk mencari jawaban yang diinginkan.

Malam itu laki-laki yang memiliki Belulusan Ulakh, dapat berbaring diatas tempat tidurnya dengan tenang, Beban yang selama ini terasa begitu berat menghimpit kehidupannya telah sirna, semenjak dia menemukan jawaban yang selama ini membelengu kehidupannya.

Kehidupannya telah kembali seperti semula, dapat bergaul dan membaur dengan semua orang tanpa terkecuali.  Kemujizatan yang didapatkannya tidaklah membuat dia tinggi hati dan sombong, malahan dia merasa sangat bersyukur dapat diterima kembali oleh penduduk dusun ini. Satu rahasia yang tak pernah diketahui oleh orang lain, terkubur dalam-dalam dikehidupannya. Hanya orang-orang  tertentu mengetahui rahasia ini, itu juga orang-orang yang sangat dipercaya dan menjadi panutannya. Perlu juga kita kita ketahui bahwa, Dusun Tanjung Siman terletak disebelah Utara Dusun Gunung Kuripan.

Inilah sekelumit kisah seorang warga penduduk Dusun Tanjung Siman yang  dapat menghilang, karena memiliki Belulusan Ulakh. Semua ini bisa saja terjadi bila Yang Kuasa menghendaki, bukannya memuja sebentuk benda seperti yang dikehendaki  Iblis dan syetan. Kita sebagai manusia yang beriman, jangan sampai tergiur bujuk rayu iblis dan syetan. Yang menjanjikan kenikmatan semu belaka, agar menjadi budaknya.

 

 

S E K I A N